“Sebel!sebel!
umur udah 17 tahun masih aja nggak punya pacar, ngegebet orang, dilirik aja
enggak sama dia,” rutuk Sesil di depan sahabat karibnya, Jessi. Sesil selalu kesal dengan kejombloannya yang
nggak pernah habis. Dia selalu uring-uringan kayak gitu deh kalau liat orang
jalan bareng, pegangan tangan, berangkulan, maksudnya orang lawan jenis. Kayak
kali ini, dia sebel soalnya Fanni temen sekelas mereka jalan gandengan tangan
sebelum masuk kelas dengan Vero, anak band lokal yang terkenal itu, apalagi tandanya
kalau bukan pacaran. Sebenarnya Fanni dan Vero nggak salah, siapapun yang lewat
didepan Sesil sambil gandengan tangan dengan pacarnya pun nggak salah apa-apa.
Masalahnya itu Sesil sendiri. Dia selalu cuek sama cowok yang ngedeketinnya
karena dia suka sama Naufal, kakak kelas yang ganteng dan punya wajah
kearab-araban itu.
“Duh,
nggak usah marah-marah deh sil, ini tu bulan puasa, kamu nggak ada kerjaankan
malam ini, kita tarawih aja, itung-itung ngelupain rasa marah kamu hari ini,”
ajak Jessi.
“Duuuh
Jessi, kamu kan tau, sinetron kesayangan aku tuh mulainya jam delapan, kalau
aku di mesjid ntar aku ketinggalan ceritanya lagi, lagian tarawih itu bikin
ngantuk,” elak Sesil.
“Sesiiil,
Tarawih itu beribu-ribu kali lipat manfaatnya dibanding nonton sinetron, kita
jadi banyak temen disana, saling minta maaf sama orang, dapat pahala juga, itu
jauh lebih bagus kan dibanding duduk sendirian didepan tipi trus ngemil, duh
ntar kamu gendut lagi, emang kamu mau??”
“Tapi..”
“Nggak
ada tapi-tapian, pokoknya malam ini kamu aku jemput,” putus Jessi tanpa memberi
kesempatan Sesil bicara.
***
Jessi
tiba di depan pintu rumah Sesil. Gadis itu mengetuk daun pintu itu pelan.
Beberapa saat kemudian muncul Sesil membukakan pintu dengan wajah cemberut.
Gadis yang satu ini sudah terlihat rapi dibalut mukena berwarna putih.
“Kamu
udah siap dari tadi ya? Jangan cemberut gitu dong, ayo,”kata Jessi.
Mereka
tiba di halaman Mesjid Darul Yaqin. Tampak dari luar mesjid sudah diisi
beberapa orang bermukena. Mereka melangkah pelan tapi pasti.
“Tunggu
dulu, kamu udah wudhu nggak? Aku lupa wudhu nih di rumah, kamu duluan aja ya
masuk mesjidnya,” kata Jessi. Tapi, Sesil menggeleng.
“Aku
udah wudhu sih dirumah, tapi barusan aku kentut, hehe,” kata Sesil sambil
tertawa.
“Huh
jorok! Pantesan tadi ada bau-bau aneh!” Sahut Jessi kesal.
“Ya
udah ayo kita wudhu,” lanjutnya.
Mereka
memutar arah menuju tempat berwudhu perempuan. Jessi mulai membuka keran air
dan mulai berwudhu. Sesil melakukan hal yang sama namun sifat jahilnya muncul.
Dia menciprat-cipratkan air ke samping supaya mengenai Jessi. Jessi menyadari
itu dan melotot marah pada Sesil. Sesil segera lari dari tempat itu menghindari
amarah Jessi.
“Tunggu
Sil! Awas kamu!!” teriak Jessi. Gadis itu mengangkat celananya dan mengejar
Sesil.
Sementara
Sesil, karena asyik berlari sambil melihat kebelakang takut-takut Jessi dapat
menangkapnya dia tidak sadar ada seseorang yang berada tepat didepannya. Dan
Bruk! Tabrakan pun terjadi.
“Aduh!”
Keluh Sesil.
“Argh!
Jadi batal wudhu gue!” gerutu orang itu. mata Sesil membesar dua kali lipat
saat melihat wajah orang yang ditabraknya. Naaufaal?? Jantung Sesil dag dig dug
nggak keruan. Sesil nggak tahu harus berbuat apa, jadi dia melarikan diri saja
daripada melakukan hal buruk karena tidak bisa meredam kegugupan jantungnya.
“Hei
Tunggu! Seru Naufal. Pria bermata coklat itu tak berhenti memandang Sesil
hingga Sesil masuk kedalam mesjid.
***
“Aku
bilang juga apa, banyakkan manfaat tarawih itu, kamu jadi bisa ketemu trus
kontak lagi sama gebetan kamu itu,” seru Jessi bangga saat Sesil menceritakan
kejadian yang terjadi tadi malam sebelum sholat tarawih.
“Iya
sih, tapi aku ngerasa bersalah sama dia,”
“Kenapa
ngerasa bersalah sama dia? Seharusnya merasa bersalah sama aku dong, kamu kan
ngejahilin aku!” kata Jessi lagi. Mata Jessi membelalak kaget.
“Lihat!Lihat!”
seru Jessi sambil memukul tangan Sesil. “Lihat siapa yang berdiri di pintu,”
“Naufal?!”
gumam Sesil tidak percaya. Cowok tinggi itu celingak-celinguk di pintu seperti
mencari seseorang.
“Ini
saatnya Sil,” desak Jessi. “Kamu bisa minta maaf sama dia,”
Sesil
menatap Jessi ragu.”Tapi.. aku takut..”
Dan
seperti biasa, Jessi selalu memaksakan kehendaknya,”Nggak ada tapi-tapian,”
Jessi mendorong Sesil supaya segera berdiri dan mendekati cowok itu. Sesil
sudah berjalan mendekatinya dan tinggal membuka mulutnya untuk meminta maaf
tapi saat itu juga Yoana, si ratu kelas Sesil datang dan langsung merangkul
Naufal manja.
“Kamu
tuh, kemana aja sih, nggak pernah hubungi aku, aku telpon nggak di
angkat-angkat, di sms nggak dibales, kamu nggak nganggep aku pacar lagi?” kata
Yoana manja. Huh! Berlebihan banget sih, pikir Sesil.
“Aku
kan sudah bilang, kalau setiap malam aku tarawih dan handphone aku tinggal,
lagian kamu juga, kenapa nggak tarawih sih? Soal sms karena habis pulang tarawih
aku langsung tidur, nggak pernah ngecek handphone,” ujar Naufal sedikit kasar.
Mungkin dia sebel juga melihat tingkah Yoana, sama seperti Sesil. Sesil
berpikir lagi, jadi, tiap hari cowok ini sholat tarawih? Meskipun dia punya
pacar, nggak ada salahnya kalau aku dekatin dia, abis pacarnya Yoana si centil
sih, mana pantas sama orang alim kayak Naufal. Dan seperti dugaan Sesil, Yoana
langsung marah-marah.
“Kamu
tu ya, tarawih, tarawih, tarawih terus! Kamu kayak orang tua yang mikir mati
tauk! Selama ini aku maklumin lah solat kamu yang terlampau rajin, tapi
tarawih, kamu jadi nyuekin aku, aku udah nggak tahan, kamu emang nggak cocok
dengan aku, lebih baik kita putus aja,”
“Jangan
dong..” kata Naufal dengan wajah memelas. Apa?! Dia nggak mau putus sama Yoana?
Pikir Sesil geram.
“Kamu
gimana sih Naufal? Bukannya bagus putus dari si cewek kecentilan ini, kamu kan
nggak perlu di marah-marahin kayak tadi, lagian suka-suka kamu kan, mau sholat
atau enggak, bukannya itu malah bagus ya seharusnya? Tapi dimata cewek ini
malah nggak bagus, kamu gimana sih!” ups! Keceplosan seru Sesil dalam hati.
Mereka berdua memandangi Sesil heran. Kenapa Sesil ikut campur urusan mereka,
mungkin itulah yang membuat mereka heran.
“Duh,
salah ngomong ya? Maaf deh,” kata Sesil, ia terburu-buru kembali ke bangkunya
dan saking gugupnya dia hampir menabrak meja.
Begitulah
kejadian hari itu, ia gagal minta maaf malah membuat si cowok gebetan jadi
ilfil. Sesil menyesali dan sangat menyesali tindakan spontannya waktu itu
Malam
ini, karena nia ingin bertemu Naufal, Sesil pun bela-belain ikut ke mesjid
bareng Jessi. Jessi ikut senang karena perubahan pesat sang sahabat yang nggak
perlu dipaksa lagi ke mesjidnya. Tapi kali ini mereka bertemu orang yang nggak
terduga. Yoana. Ke mesjid. Memakai mukena. Sesil mengucek matanya nggak yakin.
Tapi dia sgera yakin saat gadis itu menoleh dan tersenyum manis. Aneh, biasanya
Yoana nggak pernah melempar senyum kepadanya seperti itu. selesai sholat
tarawih. Yoana menghampiri Sesil dan Jessi. Jessi pun memulai obrolan mereka.
“Duuh,
yang sholat tarawih, tumbenan..”
“Ini
semua karena Sesil lagi, aku coba berubah demi Naufal, aku harusnya bisa
ngertiin dia, bukannya marah-marah nggak jelas, makasih ya Sil, karena kamu
kita nggak jadi putus,” kata Yoana. Sesil menggeleng dalam hatinya. Meskipun
dia senang dengan perubahan Yoana, tapi dia juga kecewa karena mereka nggak
jadi putus.
“Besok
kayaknya gue nggak tarawih lagi deh Jess,” katanya setelah Yoana pergi dari
mereka.
“Come
on Sil.. mana tau kamu nemuin cowok lain untuk pengganti Naufal,”
Sesil
menggeleng sedih, ia menundukkan wajahnya karena kecewa dan terus berjalan
lurus tanpa menyadari kalau Jessi berhenti berjalan.
Bruk!
Benturan keras menghantam tubuh Sesil. Ia terhuyung jatuh dan terpaksa dia
mendongakkan kepalanya.
“Argh!
Jadi batal kan wudhu gue! Padahal gue masih harus tadarusan di mesjid,” seru
cowok yang ditabraknya itu. Sesil terperangah kagum. Cowok ini lebih ganteng
dari Naufal. Kali ini dia tidak mau lari dan akan minta maaf baik-baik. Mungkin
cowok ini dikirimkan Tuhan supaya Sesil nggak berhenti sholat tarawih, mungkin
Sesil bisa menutup lukanya dengan cowok ini, mungkin Sesil bisa menjadikan
cowok ini supaya dia semangat tarawih lgi, dan masih banyak mungkin-mungkin
yang lain. Yang jelas, Sesil menarik lagi kata-katanya untuk Jessi tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar