Senin, 25 Mei 2015

Kisah jam dinding



Aku adalah sebuah jam dinding besar disudut ruangan ini. Bentukku kotak persegi panjang dan ada bandul di dalam kotak. Mungkin di banding dengan barang-barang lain di sekelilingku akulah yang paling tua dan kuno. Tapi asal kalian tahu, aku bahkan hampir setiap hari mengetahui dan menyaksikan apa saja yang terjadi dirumah ini. Rumah ini di huni oleh sebuah keluarga kecil yang sangat muram. Mereka tinggal serumah seolah-olah tidak ada yang saling kenal. Satu-satunya yang bersahabat adalah Runi. Setahun yang lalu ibunya meninggal, dan aku bisa menyaksikan bagaimana kesedihan menyelimuti matanya. Ayahnya sendiri datang ketika semua proses penguburan selesai. 6 bulan kemudian malah ayahnya menikah lagi dengan seorang ibu-ibu bernama Lines dan anaknya yang super menyebalkan bagi Runi bernama David. Runi sekarang berusia 16 tahun dan sudah kelas 2 SMA sama dengan David. Entah kenapa David dan Runi tidak pernah akur, mereka selalu bertengkar. Padahal sebelum ada David, bagiku Runi adalah orang yang sabar dan ramah. Hari ini seperti biasa mereka bertengkar lagi.
“Heh David kalau mau merokok jangan dekat aku deh, dasar kamu memang anak gak baik!”
“Runi, kan udah dibilangin sama mama, kamu itu harus panggil aku abang, karena aku lebih tua dari kamu!” kata David dengan wajah sok alim yang dibuat-buat. David kemudian merangkul Runi.
“Gimana kalau malam ini kita ngedugem, kamu kuper banget sih kayaknya.”kata David enteng, tak peduli wajah Runi merah padam menahan amarah dan..
Plak!! Tamparan pedas mendarat dipipi kanan David, David meringis kesakitan. Runi menepis tangan David yang merangkul pundaknya dan segera berlari masuk kamar.
“Bangsat lo! Cewek sialan!” maki David. Dan dari sini terdengar sayup-sayup suara tangis Runi, ia memanggil-manggil ibunya dengan pilu.
***
“David, mama harus buru-buru, mungkin selama 2 minggu ini papa mama akan keluar kota kamu jaga rumah ya, mama percayakan semuanya sama kamu.”
“Oke.” Sahut David singkat. Dia melepas kepergian mamanya dengan senyum bahagia. Mamanya dan papanya segera memasukkan koper ke bagasi mobil. Aku memandangi dari balik tirai jendela. Terbayang di pikiran David apa saja yang akan dilakukannya selama 2 minggu tanpa orang tua dirumahnya. Tiba-tiba pintu kamar Runi terbuka, nampak Runi yang masih memakai baju tidurnya dan rambut yang kusut mayut. Dia langsung melotot ketika melihat papanya memasukkan koper ke mobil. Segera dia menuju teras depan.
“Papa mau kemana?” tanya nya panic.
“Papa ada urusan diluar kota, kamu sama abang kamu di rumah ya baik-baik.” Kata papanya enteng. Runi panik. Berdua dengan laki-laki yang bukan siapa-siapanya.
“Tapi pa..” Runi coba melancarkan aksi protesnya tapi dipotong dengan perkataan David.
“Papa focus aja ya ke kerjaan papa, aku akan jagain kok malaikat kesayangan papa ini.” katanya sambil melirik Runi jail. Runi mencoba menjelaskan kepada papanya tapi papanya sudah keburu pergi.
“Oke Runi, David hati-hati ya dirumah.” Kata papanya sebelum pergi. David melambaikan tangan dengan senyum penuh kemenangan sementara Runi terduduk di lantai teras dengan wajah hampir menangis.
“Kenapa tuan putri? Takut diperkosa ya?” tawa David berderai. Ingin rasanya Runi menonjok muka bajingan David itu. Tapi dia sadar itu tidak mungkin, walau bagaimanapun dia perempuan.
“Tenang aja, aku nggak selera kok sama kamu, kamu jelek dan bauk sih, nggak bisa dandan ya, atau ibu kamu yang sudah mati itu lupa ngajarin kamu dandan, oh iya, aku udah undang temen-temen aku malam ini, kamu jangan coba-coba ganggu dan jangan coba-coba pergi dari rumah, kalau nggak aku akan bilang ke ayah kesayangan kamu itu kalau kamu nggak setuju dengan pernikahannya.” Kata David sambil tertawa seram. Iya, Runi nggak pernah setuju dengan pilihan papanya untuk menikahi mama David. Mama David bukan sosok ibu yang diimpikannya, manis diluar didalamnya dia kasar. Runi juga tahu, kalau dia menentang pilihan ayahnya dia akan dibuang dari keluarga ini. Runi sedih, kenapa nasibnya bisa malang seperti ini. 2 bulan yang lalu dia menemukan file yang menunjukkan kebenaran itu padanya. Dia bukan anak kandung bunda dan papanya. Dia Cuma anak pungut. Dan sejak itu dia mulai mencari keberadaan orang tua kandungnya, berharap orang tua kandungnya lebih baik dari pada orang tuanya sekarang, tapi ternyata kenyataan yang dihadapinya lebih pahit dari itu. Ibu kandungnya adalah seorang pelacur dan baru tewas 3 hari yang lalu karena bunuh diri dan ayahnya, ayahnya tak pernah diketahuinya. Dan entah bagaimana caranya David tahu semua itu. David adalah manusia yang tak punya hati, dia keras kepala dan selalu ingin semua permintaanya di turuti. Rasanya Runi ingin bunuh diri saja, tidak ada orang yang baik dengannya. Satu-satunya orang baik itu hanya bundanya yang sudah meninggal setahun lalu. Ibu yang sesungguhnya dihati Runi.
***
Jarumku mengarah ke angka 7 dan mulai berdentang. Sedetik kemudian terdengar suara riuh dari teras rumah.David masih sibuk mengganti lampu ruang tengah dengan lampu berbentuk bola dengan sinar warna warni. Terdengar suara bel berbunyi. Sepertinya teman-teman David sudah tidak sabar. David berteriak memanggil Runi dan menyuruhnya membuka pintu. Runi keluar dari kamar sambil membawa buku fisikanya, dengan wajah ogah-ogahan. Ada bekas genangan air dibawah matanya, pasti dia habis menangis lagi. Sehelai kertas jatuh dari buku Runi tanpa disadarinya. David turun dari tangga dan melipat tangganya bergegas meletakkan tangga digudang. Tiba-tiba matanya memandang sehelai kertas tebat di bawah kakinya. Ternyata itu sebuah foto. Foto ibu angkat Runi, David memungut foto itu, dipandanginya foto itu dengan mimic tidak jelas. Seperti ingin mengingat sesuatu dan panic. David mengerutkan keningnya mencoba berfikir, kepalanya mendadak terasa sakit. David memegang kepalanya kesakitan. Tapi beberapa saat kemudian teman-temannya masuk dan semua itu terlupakan, karena kegembiraannya bertemu temannya.
“Lets go party friends! Whoa!” David berseru. Beck temannya yang jago nge-dj itu segera memutar-mutar piringan hitam yang sudah di sediakan David, suasana riuh, mereka berteriak-teriak sambil menenggak minuman dari botol bir yang ada di meja. Cahaya lampu diskotik yang dipasang David tadi menyebar keseluruh ruangan.
“Vid gue mau jus aja deh,” kata Cheryl pada David. Cewek itu memakai rok mini dan gayanya sengak. Sementara Runi sudah masuk kekamarnya setelah membuka pintu tadi.
“Wah, kenapa lo Cher, mau tobat ya? lo mintak aja sama orang yag ada di dalam kamar itu tuh!” Kata David sambil mengarahkan tangannya menunjuk kamar Runi. Runi sedang berkonsentrasi untuk belajar tapi tidak bisa. padahal dia sudah mengapit dua bantal membentuk sandwich di kedua telinganya, tapi dentuman music dj diruang tengah masih kedengaran dikamarnya. Dibuka-bukanya buku fisika yang dibawanya tadi untuk mencari foto bunda yang sangat disayanginya. Tapi nggak ada. Sampai pintu kamarnya diketuk seseorang. Dengan malas Runi berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka. Dihadapannya seorang cewek blasteran dengan pakaian mini menghadapnya dengan tampang sengak.
“Bikinin gue jus sekarang. okey nggak pakek lama!” bentaknya pada Runi. Runi kenal dia . Cherryl anak kelas sebelah kelasnya.
“Lo bikin aja sendiri, maaf disini gue bukan pembantu!” blam! Runi membanting pintu kamarnya kesal. Dikuncinya pintu kamarnya itu. Tak berapa lama terdengar keukan lagi, kali ini lebih kasar.
“Heh! Buka pintunya bego!” teriak David dari luar kamarnya. Runi membuka kamarnya, dan dilihatnya semua teman-teman David berkumpul didepan kamarnya. Runi menarik nafas.
“Ngapain kalian semua berdiri disini. Kayak mau minta sedekah aja.”
“Wah gila mulut adek tiri lo Vid!” seru Vito.
“Dia bukan adek gue, dan bukan siapa-siapa dirumah ini, dia Cuma anak dari pelacur yang beruntung masih bisa tinggal disini.” Kata David sinis.
Runi ingin marah, tapi percuma karena semua yang di omonginya benar.
“Ya, nyokap gue emang pelacur, yang penting gue bukan pelacur kayak dia. Dan seharusnya lo nggak harus ngurusin urusan gue ya Vid, karena selama ini gue nggak pernah ikut campur urusan lo, dan bilangin sama temen lo! Gue bukan pembantu disini.” Blam! Runi menutup pintu dan segera menguncinya. Hah! Mendadak ia merasa lelah dan ingin tidur.
***
Runi sudah siap untuk pergi sekolah. Saat dibukanya pintu kamarnya, wajah kaget. Dan..
“AAAA!!!”
Rumahnya super duper berantakan. Pecahan botol bir berserakkan dilantai, gelas-gelas kecil bertumpukkan dimeja. Alas meja ruang makan sudah ada dilantai. Tirai-tirai jendela belum ada yang terbuka, lampu diskotik yang belum diganti dengan lampu biasa yang masih berputar. Banyak tumpukan snack-snack dan bahan makanan untuk persediaan selama 2 minggu habis berhamburan dimana-mana. Mereka benar-benar berpesta pikir Runi. Tapi bukan itu yang harus di pikirkannya. Tapi bagaimana caranya membereskan ini semua. Runi masih celingukan dan pandangannya terhenti pada sosok David yang asyik tidur di bawah sofa ruang tamu. Didekatinya perlahan. Runi mengguncang tubuh David dengan kaki kanannya.
“Woi! David bangun! Inget gue nggak tau harus apa, tapi lo mesti beresin ni rumah, gue nggak mau ya beresin ini semua, scara yang ngadain party kan elo woi David bangun nggak lo!!” teriak Runi di telinga David. David tak bereaksi apa-apa. Tiba-tiba David bergerak. Wajahnya kelihatan panic, tapi matanya masih tertutup.
“Tolong! Tolong!” igau David. Runi berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke wajah David untuk meneliti ada atau enggak unsur kepura-puraan. Ya bisa ajakan David pura-pura mengigau. Tiba-tiba David terbangun, keringat bercucuran dari dahinya, dan dia berteriak kaget. Runi ikut-ikutan panic dan berteriak.
“Aaaa! Lo ngapain disini!” kata David sambil menjauhkan tubuhnya dari Runi. Runi segera sadar dan cengar cengir.
“E.. “ Runi segera ingat tujuannya, dan kembali memasang wajah sangar.
“Lo harus beresin ni rumah, gue nggak mau tauk ngerti!” bentak Runi. David masih memandangi Runi dengan wajah kaget. Runi beranjak dari situ dan segera pergi kesekolah sebelum terlambat.
***
 Dan Runi berteriak lagi ketika pulang sekolah.
“David!! Kenapa belum di beresin sih, oh gue mungkin berharap dapat keajaiban kalau David mau ngeberesin ini semua, tapi gue juga nggak bakalan ngeberesin semua yang lo lakuin sama temen-temen lo, David lo dimana sih, huh! Pasti dia pergi, hah bener-bener menyebalkan, gue selalu berharap dapat abang yang baik hati dan..” Runi terhenti di depan pintu kamarnya. Tercengang, dan sulit untuk percaya dengan penglihatannya. David yang memegang kepalanya sambil menahan sakit di tangan kirinya terselip selembar foto. Itu foto ibunya. Jiwa kepeduliannya bangkit. Maklum sebagai anggota PMR sekolah dia selalu diajarkan untuk peduli dengan orang yang sakit dan harus menolongnya sesegera mungkin.
“Vid, lo kenapa?”
“Gue ingat, gue ingat sesuatu, argh!” David mengerang kesakitan. Runi merebut foto ibunya dari tangan David.
“Apa yang lo ingat, atau lo sebenarnya Cuma pura-pura dan mau ngolok-ngolok bunda gue yang Cuma punya satu tangan?” tanya Runi. Mendadak dia merasa marah. Matanya panas. Dari umurnya 5 tahun tangan bundanya tinggal satu karna harus diamputasi. Tapi Runi nggak pernah mempermasalahkan, bunda tetaplah bunda, satu-satunya orang yang menyayanginya. Tapi dia segera sadar dan memupus semua emosinya.
“Tangan bunda harus diamputasi karena tangannya tertimpa mobil yang terbalik, itu karena dia harus nolongin anak laki-laki seumuran gue yang kejebak di mobil itu, anak itu berhasil selamat, sayang bapaknya yang nyetir meninggal dan bunda segera dilarikan kerumah sakit, untung bunda selamat,yah meskipun dia sekarang udah pergi, lo kebayangkan kayak gimana hidup dengan satu tangan gimana susahnya, huh! bego banget ya gue, minta pendapat elo, apalagi gue curhat ke elo, yang ada lo bakalan ketawa ngakak mungkin, ah, inilah yang bikin gue kesel sama diri gue sendiri, gue nggak bisa nahan perasaan gue buat curhat, ah bego gue bego!” Runi menepuk pelan keningnya berulangkali.
“Itu gue..” kata David lirih.
“Apa!! Maksud lo.. apaan sih?” tanya Runi sambil menatap David dengan wajah blo’on. Entah apa yang difikirkan David, tiba-tiba saja wajahnya sudah mendekati wajah Runi, Runi gelagapan. Dan Bruk! David pingsan.
***
“Amnesia sementaranya sudah sembuh, tapi David terlalu memaksakan ingatannya, membuat otaknya jadi bekerja lebih keras, secara keseluruhan dia baik-baik saja, istirahat saja yang banyak dan ini obatnya.” Kata Dokter keluarga  mereka yang dipanggil Runi, Dokter Budi.
“Makasih Dok!” kata Runi sambil memasang senyum. Setelah mengantar dokter Budi pulang, Runi kembali kekamar David, dan dilihatnya David sudah sadar. Matanya menerawang dia teringat lagi kejadian yang merenggut nyawa papanya dan sebelah tangan seorang wanita yang ternyata adalah ibu Runi. Saat itu David dan papanya mau menyusul mamanya yang sudah pergi duluan ke Bogor. Dan tiba-tiba saja mobil mereka terbalik dan menyerempet Bundanya Runi yang bernama Laila. Dan setelah itu David tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia tahu kalau wanita yang difoto ini udah nyelamatin dia, dan harus kehilangan tangan karena itu.
***
Aku melihat sejak kejadian David yang sembuh dari amnesianya, David jadi rajin sekolah, meskipun kadang-kadang tidak juga. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada sebelumnya. Dan perubahan besar yang paling berarti adalah dia mulai berubah jadi orang baik dan mulai akur dengan Runi. Runi kembali jadi Runi yang ceria dan mudah tersenyum seperti dulu. Mereka merawat rumah bersama-sama. Hari ini Bu Lines dan suaminya pulang dari luar kota. Dan aku tidak pernah berfikir akan terjadi hal ini.
“Nah, tuh lihat udah usang banget pa, kalau di ganti dengan jam dinding mewah yang kita beli di Bandung kan jadi lebih serasi sama rumah kita yang mewah ini pa.” deg! Jantungku serasa copot mendengarnya.
“Ya, terserah mama deh.” Kata pak Burhan menyahuti.
Runi! Dimana kamu? tolong aku Runi!
Beberapa jam kemudian.
“Nah ini pak jamnya tolong diturunin ya,” kata bu Lines pada dua pekerjanya. Mereka dengan sigap menurunkan ku dari dinding tempat biasa aku berada. Setelah itu sebagai gantinya, sebuah jam dinding besar berlapis warna emas dipajang didinding itu.
“Trus jam yang ini mau diapakan bu?”
“Kalian ambil aja deh udah jelek gitu, dijual aja nggak laku.” Kata bu Lines ketus. Runi apa kamu tidak mau menolongku?
***
Runi pulang dari latihan basketnya bareng David dan melonjak senang melihat mobil papanya ada dihalaman rumahnya. Ia masuk ke rumah dan segera terkejut. Ibu tirinya sedang memandangi sebuah jam mewah yang baru saja menempel di dinding.
“Ma, kok jamnya diganti sih, jam yang lama kan belum rusak!”
“Nggak rusak sih, tapi udah usang, udah sana kamu mandi gih!”
“Mama kok jahat banget, harusnya mama tu bilang-bilang kalau mau ganti jam itu, itu jam bunda sama nenek yang beli, sekarang jamnya mana?”
“Nggak tau, udah dibuang kali, mungkin udah sampai di Paris kali..!” kata mama tirinya itu.
“Mama!!! Bunda pernah bilang jam itu nggak boleh dibuang, aduh, aduh gimana nih!” Runi panik sendiri.
“Kamu ini kenapa, jam jelek gitu di tanyain.. udah bunda kamu nggak papa kok..”
“Ah mama!” Runi merajuk. Ia masuk kekamar dan membanting pintunya. Tepat saat itu David keluar dari kamarnya.
“kenapa tu anak manja?” tanya David lebih pada dirinya sendiri. Mama menyahut “ Dia nyarik jam dinding jelek yang biasa ada disini, ya udah mama buang lah.”
“Jam dinding?”
****
2 hari kemudian..
Ya, akhirnya aku kembali kerumah Runi, dan sekarang aku tidak diruang tamu lagi tapi di kamar Runi. Dan kau tahu siapa membantu yang membawaku kembali? David. Keajaiban sekali kan? Alasannya dia disuruh mamanya, tapi kurasa karena dia peduli sama Runi. Setiap orang memang punya sisi baik. Runi? Dia sangat senang aku kembali. Aku juga senang runi, bisa bertemu kembali denganmu, waktu itu aku langsung dibawa ke tempat pembangan sampah besar. Aku menangis. Aku fikir saat itulah akhir hayatku. Tapi 2 jam kemudian David datang bersama Runi. Aku melihat mata runi sembab dan david dia serius mencari keberadaanku. Melihat orang yang cuek bertampang serius seperti David rasanya kayak melayang-layang di bulan. Waw banget. Dan sejak itu Runi mulai baik pada David, meskipun David kembali ke sifat asalnya jahil dan nyebelin. Dan di kamar Runi aku menyaksikan semua yang dilakukan Runi.
Malam ini Runi berkutat di depan meja belajarnya dari sore tadi, ia hanya berhenti untuk ke wc dan mengambil cemilan. Aku tak tahu apa yang dikerjakannya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan muncul David dengan pakaian yang keren, mengangetkan Runi. Sepertinya dia mau keluar.
“Lo kalau masuk kamar orang ketok dulu dong! Gimana kalo gue lagi pake baju?”
“Ya yang malu kan elo, bukan gue, salah sendiri kenapa pintu nggak dikunci.”
“Dasar otak mesum lo!” Runi melanjutkan pekerjaannya lagi. David masuk ke kamar Runi lebih dalam.
“kerjain PR Matematika gue ya! Nih bukunya. Gue mau pergi dulu. Oke my sister.”
“Nggak mau kerjain aja sendiri, gue capek tauk, nulis PR segini banak dari sore, lo pake minta buatin lagi!” Runi menepis buku David.
“Lo kok gitu bukannya kita udah rukun? Lo ngajakin berantem lagi ya? Oke kalo nggak mau, kalo gitu buku lo gue sita!” David merampas buku Runi.
“Apaan sih lo vid, balikin nggak?” Runi ingin merebut buku itu. David sengaja meninggikan tangannya. David perlahan mundur untuk menghindari Runi. Sampai di tepi tempat tidur. Runi tak sengaja tersandung dan mengenai tubuh David dan brak! Tubuh David tertimpa tubuh Runi wajah mereka saling berhadapan sangat dekat. Mereka masing-masing sama-sama terkejut. Antung David berdetak dengan cepat.  Runi tersenyum dan beberapa saat kemudian tertawa. ia segera bangkit dan mengambil bukunya. Runi juga mendorong David agar segera keluar dari kamarnya.
“Ya, kalau gue sempet, gue kerjain deh punya lo! Cepet sana pergi!” Brak! Runi menutup pintu kamarnya dan segera menguncinya. Ia menarik nafas lega.
***
Runi masih asyik menonton televisi padahal jarumku menunjukkan pukul 11 malam. Aku tahu dia tidak bisa tidur. Ia baru saja menyelesaikan PR nya dan PR David. Setengah jam kemudian Runi menguap, tapi ia masih tetap menonton. Dan tak berapa lama kemudian ia tertidur.  2 jam kemudian, David pulang dari kegiatannya biasa. Dia belum sepenuhnya berubah jadi baik. Tapi setidaknya ia baik sama Runi sekarang. David terpelongo melihat Runi yang tertidur. Ia menelan liurnya sendiri. Beberapa saat kemudian ia memukul-mukul kepalanya sendiri. Ia membuka jeket yang dipakainya dan menyelimuti Runi dengan jeket itu.
***
Pagi harinya..
Runi terbangun dan tidak menemukan kedua orang tuanya. Telpon berdering.
“Halo!”
“Sayang papa sama mama harus pergi lagi, kamu baik-baik ya.” Tuuut tuuut.
“Mereka pergi lagi?” David berdiri dibelakang Runi. Runi terlonjak.
“Lo ngagetin gue terus. Aaa!!” Runi berteriak melihat David hanya memakai handuk dipinggangnya.
“Lo biasa aja deh, mau gue buka sekalian?”
Runi bergegas pergi meninggalkan David.
“Vid bantuin gue napa?” seru Runi yang sedang menanam beberapa tanaman obat-obatan untuk mengisi pekarangan rumah yang kosong. Sementara David sedang asyik menghirup kopi sambil internetan melalui laptopnya.
“Gue mau tanya? Siapa pacar lo?” tanya David. Tiba-tiba saja jantung Runi berdebar keras.
“Kok nggak nyambung sih lo?” Runi meneruskan kegiatannya menanam beberapa bibit tanaman kumis kucing.
David beranjak dari tempat duduknya dan berjongkok di sebelah Runi.
“Nggak ada kan? Pasti nggak ada yang suka sama lo kan?” tanyanya lagi dengan nada iseng. Runi masih asyik dengan pekerjaannya.
“Kalo gitu lo jadi pacar gue aja ya?” suara David membuat Runi berhenti. Cewek berambut ikal itu menatap David. Ia mendorong kepala David keras.
“Dasar orang gila! Gue tau kok lo mau ngetes gue kan? Lagian siapa juga yang mau pacaran sama abangnya sendiri. Dasar gila. Cowok banyak yang suka sama gue tauk!”
“Gue bukan abang lo kali! Dan gue itu anaknya temen mama, nyokap gue juga meninggal dan bokap gue nggak tau siapa. Status kita sama kan? Kita bukan anggota keluarga ini.” David menatapku serius lalu tak lama kemudian wajahnya berubah jahil lagi.
“Udah mandi aja gih lo.. biar gue yang lanjutin...”
“Gue..gue..” Runi menatap David ragu-ragu.
Cup! David mengecup pipi Runi. Runi terkejut. David memamerkan senyum khasnya membuat Runi ikut tersenyum. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Dan aku ikut senang dengan senyum Runi yang telah kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Little Sistaa

My Little Sistaa
Her name is Nur Alvina Ilyas, born : Kuala Tungkal city, 7 November 2010 , 2:00 AM.