Aku adalah sebuah jam dinding besar disudut ruangan ini.
Bentukku kotak persegi panjang dan ada bandul di dalam kotak. Mungkin di
banding dengan barang-barang lain di sekelilingku akulah yang paling tua dan
kuno. Tapi asal kalian tahu, aku bahkan hampir setiap hari mengetahui dan
menyaksikan apa saja yang terjadi dirumah ini. Rumah ini di huni oleh sebuah
keluarga kecil yang sangat muram. Mereka tinggal serumah seolah-olah tidak ada
yang saling kenal. Satu-satunya yang bersahabat adalah Runi. Setahun yang lalu
ibunya meninggal, dan aku bisa menyaksikan bagaimana kesedihan menyelimuti
matanya. Ayahnya sendiri datang ketika semua proses penguburan selesai. 6 bulan
kemudian malah ayahnya menikah lagi dengan seorang ibu-ibu bernama Lines dan
anaknya yang super menyebalkan bagi Runi bernama David. Runi sekarang berusia
16 tahun dan sudah kelas 2 SMA sama dengan David. Entah kenapa David dan Runi
tidak pernah akur, mereka selalu bertengkar. Padahal sebelum ada David, bagiku
Runi adalah orang yang sabar dan ramah. Hari ini seperti biasa mereka
bertengkar lagi.
“Heh David kalau mau merokok jangan dekat aku deh, dasar
kamu memang anak gak baik!”
“Runi, kan udah dibilangin sama mama, kamu itu harus
panggil aku abang, karena aku lebih tua dari kamu!” kata David dengan wajah sok
alim yang dibuat-buat. David kemudian merangkul Runi.
“Gimana kalau malam ini kita ngedugem, kamu kuper banget
sih kayaknya.”kata David enteng, tak peduli wajah Runi merah padam menahan
amarah dan..
Plak!! Tamparan pedas mendarat dipipi kanan David, David
meringis kesakitan. Runi menepis tangan David yang merangkul pundaknya dan
segera berlari masuk kamar.
“Bangsat lo! Cewek sialan!” maki David. Dan dari sini
terdengar sayup-sayup suara tangis Runi, ia memanggil-manggil ibunya dengan
pilu.
***
“David, mama harus buru-buru, mungkin selama 2 minggu ini
papa mama akan keluar kota kamu jaga rumah ya, mama percayakan semuanya sama
kamu.”
“Oke.” Sahut David singkat. Dia melepas kepergian mamanya
dengan senyum bahagia. Mamanya dan papanya segera memasukkan koper ke bagasi
mobil. Aku memandangi dari balik tirai jendela. Terbayang di pikiran David apa
saja yang akan dilakukannya selama 2 minggu tanpa orang tua dirumahnya.
Tiba-tiba pintu kamar Runi terbuka, nampak Runi yang masih memakai baju
tidurnya dan rambut yang kusut mayut. Dia langsung melotot ketika melihat
papanya memasukkan koper ke mobil. Segera dia menuju teras depan.
“Papa mau kemana?” tanya nya panic.
“Papa ada urusan diluar kota, kamu sama abang kamu di
rumah ya baik-baik.” Kata papanya enteng. Runi panik. Berdua dengan laki-laki
yang bukan siapa-siapanya.
“Tapi pa..” Runi coba melancarkan aksi protesnya tapi dipotong
dengan perkataan David.
“Papa focus aja ya ke kerjaan papa, aku akan jagain kok
malaikat kesayangan papa ini.” katanya sambil melirik Runi jail. Runi mencoba
menjelaskan kepada papanya tapi papanya sudah keburu pergi.
“Oke Runi, David hati-hati ya dirumah.” Kata papanya
sebelum pergi. David melambaikan tangan dengan senyum penuh kemenangan
sementara Runi terduduk di lantai teras dengan wajah hampir menangis.
“Kenapa tuan putri? Takut diperkosa ya?” tawa David
berderai. Ingin rasanya Runi menonjok muka bajingan David itu. Tapi dia sadar
itu tidak mungkin, walau bagaimanapun dia perempuan.
“Tenang aja, aku nggak selera kok sama kamu, kamu jelek
dan bauk sih, nggak bisa dandan ya, atau ibu kamu yang sudah mati itu lupa
ngajarin kamu dandan, oh iya, aku udah undang temen-temen aku malam ini, kamu
jangan coba-coba ganggu dan jangan coba-coba pergi dari rumah, kalau nggak aku
akan bilang ke ayah kesayangan kamu itu kalau kamu nggak setuju dengan
pernikahannya.” Kata David sambil tertawa seram. Iya, Runi nggak pernah setuju
dengan pilihan papanya untuk menikahi mama David. Mama David bukan sosok ibu
yang diimpikannya, manis diluar didalamnya dia kasar. Runi juga tahu, kalau dia
menentang pilihan ayahnya dia akan dibuang dari keluarga ini. Runi sedih, kenapa
nasibnya bisa malang seperti ini. 2 bulan yang lalu dia menemukan file yang
menunjukkan kebenaran itu padanya. Dia bukan anak kandung bunda dan papanya.
Dia Cuma anak pungut. Dan sejak itu dia mulai mencari keberadaan orang tua
kandungnya, berharap orang tua kandungnya lebih baik dari pada orang tuanya
sekarang, tapi ternyata kenyataan yang dihadapinya lebih pahit dari itu. Ibu
kandungnya adalah seorang pelacur dan baru tewas 3 hari yang lalu karena bunuh
diri dan ayahnya, ayahnya tak pernah diketahuinya. Dan entah bagaimana caranya
David tahu semua itu. David adalah manusia yang tak punya hati, dia keras
kepala dan selalu ingin semua permintaanya di turuti. Rasanya Runi ingin bunuh
diri saja, tidak ada orang yang baik dengannya. Satu-satunya orang baik itu hanya
bundanya yang sudah meninggal setahun lalu. Ibu yang sesungguhnya dihati Runi.
***
Jarumku mengarah ke angka 7 dan mulai berdentang. Sedetik
kemudian terdengar suara riuh dari teras rumah.David masih sibuk mengganti
lampu ruang tengah dengan lampu berbentuk bola dengan sinar warna warni.
Terdengar suara bel berbunyi. Sepertinya teman-teman David sudah tidak sabar.
David berteriak memanggil Runi dan menyuruhnya membuka pintu. Runi keluar dari
kamar sambil membawa buku fisikanya, dengan wajah ogah-ogahan. Ada bekas
genangan air dibawah matanya, pasti dia habis menangis lagi. Sehelai kertas
jatuh dari buku Runi tanpa disadarinya. David turun dari tangga dan melipat
tangganya bergegas meletakkan tangga digudang. Tiba-tiba matanya memandang
sehelai kertas tebat di bawah kakinya. Ternyata itu sebuah foto. Foto ibu
angkat Runi, David memungut foto itu, dipandanginya foto itu dengan mimic tidak
jelas. Seperti ingin mengingat sesuatu dan panic. David mengerutkan keningnya
mencoba berfikir, kepalanya mendadak terasa sakit. David memegang kepalanya
kesakitan. Tapi beberapa saat kemudian teman-temannya masuk dan semua itu
terlupakan, karena kegembiraannya bertemu temannya.
“Lets go party friends! Whoa!” David berseru. Beck
temannya yang jago nge-dj itu segera memutar-mutar piringan hitam yang sudah di
sediakan David, suasana riuh, mereka berteriak-teriak sambil menenggak minuman
dari botol bir yang ada di meja. Cahaya
lampu diskotik yang dipasang David tadi menyebar keseluruh ruangan.
“Vid gue mau jus aja deh,” kata Cheryl pada David. Cewek
itu memakai rok mini dan gayanya sengak. Sementara Runi sudah masuk kekamarnya
setelah membuka pintu tadi.
“Wah, kenapa lo Cher, mau tobat ya? lo mintak aja sama
orang yag ada di dalam kamar itu tuh!” Kata David sambil mengarahkan tangannya
menunjuk kamar Runi. Runi sedang berkonsentrasi untuk belajar tapi tidak bisa.
padahal dia sudah mengapit dua bantal membentuk sandwich di kedua telinganya,
tapi dentuman music dj diruang tengah masih kedengaran dikamarnya.
Dibuka-bukanya buku fisika yang dibawanya tadi untuk mencari foto bunda yang sangat
disayanginya. Tapi nggak ada. Sampai pintu kamarnya diketuk seseorang. Dengan
malas Runi berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka. Dihadapannya seorang
cewek blasteran dengan pakaian mini menghadapnya dengan tampang sengak.
“Bikinin gue jus sekarang. okey nggak pakek lama!”
bentaknya pada Runi. Runi kenal dia . Cherryl anak kelas sebelah kelasnya.
“Lo bikin aja sendiri, maaf disini gue bukan pembantu!”
blam! Runi membanting pintu kamarnya kesal. Dikuncinya pintu kamarnya itu. Tak
berapa lama terdengar keukan lagi, kali ini lebih kasar.
“Heh! Buka pintunya bego!” teriak David dari luar
kamarnya. Runi membuka kamarnya, dan dilihatnya semua teman-teman David
berkumpul didepan kamarnya. Runi menarik nafas.
“Ngapain kalian semua berdiri disini. Kayak mau minta
sedekah aja.”
“Wah gila mulut adek tiri lo Vid!” seru Vito.
“Dia bukan adek gue, dan bukan siapa-siapa dirumah ini,
dia Cuma anak dari pelacur yang beruntung masih bisa tinggal disini.” Kata
David sinis.
Runi ingin marah, tapi percuma karena semua yang di
omonginya benar.
“Ya, nyokap gue emang pelacur, yang penting gue bukan
pelacur kayak dia. Dan seharusnya lo nggak harus ngurusin urusan gue ya Vid,
karena selama ini gue nggak pernah ikut campur urusan lo, dan bilangin sama
temen lo! Gue bukan pembantu disini.” Blam! Runi menutup pintu dan segera
menguncinya. Hah! Mendadak ia merasa lelah dan ingin tidur.
***
Runi sudah siap untuk pergi sekolah. Saat dibukanya pintu
kamarnya, wajah kaget. Dan..
“AAAA!!!”
Rumahnya super duper berantakan. Pecahan botol bir
berserakkan dilantai, gelas-gelas kecil bertumpukkan dimeja. Alas meja ruang
makan sudah ada dilantai. Tirai-tirai jendela belum ada yang terbuka, lampu
diskotik yang belum diganti dengan lampu biasa yang masih berputar. Banyak
tumpukan snack-snack dan bahan makanan untuk persediaan selama 2 minggu habis
berhamburan dimana-mana. Mereka benar-benar berpesta pikir Runi. Tapi bukan itu
yang harus di pikirkannya. Tapi bagaimana caranya membereskan ini semua. Runi
masih celingukan dan pandangannya terhenti pada sosok David yang asyik tidur di
bawah sofa ruang tamu. Didekatinya perlahan. Runi mengguncang tubuh David
dengan kaki kanannya.
“Woi! David bangun! Inget gue nggak tau harus apa, tapi
lo mesti beresin ni rumah, gue nggak mau ya beresin ini semua, scara yang
ngadain party kan elo woi David bangun nggak lo!!” teriak Runi di telinga
David. David tak bereaksi apa-apa. Tiba-tiba David bergerak. Wajahnya kelihatan
panic, tapi matanya masih tertutup.
“Tolong! Tolong!” igau David. Runi berjongkok dan
mendekatkan wajahnya ke wajah David untuk meneliti ada atau enggak unsur
kepura-puraan. Ya bisa ajakan David pura-pura mengigau. Tiba-tiba David
terbangun, keringat bercucuran dari dahinya, dan dia berteriak kaget. Runi
ikut-ikutan panic dan berteriak.
“Aaaa! Lo ngapain disini!” kata David sambil menjauhkan
tubuhnya dari Runi. Runi segera sadar dan cengar cengir.
“E.. “ Runi segera ingat tujuannya, dan kembali memasang
wajah sangar.
“Lo harus beresin ni rumah, gue nggak mau tauk ngerti!”
bentak Runi. David masih memandangi Runi dengan wajah kaget. Runi beranjak dari
situ dan segera pergi kesekolah sebelum terlambat.
***
Dan Runi berteriak
lagi ketika pulang sekolah.
“David!! Kenapa belum di beresin sih, oh gue mungkin
berharap dapat keajaiban kalau David mau ngeberesin ini semua, tapi gue juga
nggak bakalan ngeberesin semua yang lo lakuin sama temen-temen lo, David lo
dimana sih, huh! Pasti dia pergi, hah bener-bener menyebalkan, gue selalu
berharap dapat abang yang baik hati dan..” Runi terhenti di depan pintu
kamarnya. Tercengang, dan sulit untuk percaya dengan penglihatannya. David yang
memegang kepalanya sambil menahan sakit di tangan kirinya terselip selembar
foto. Itu foto ibunya. Jiwa kepeduliannya bangkit. Maklum sebagai anggota PMR
sekolah dia selalu diajarkan untuk peduli dengan orang yang sakit dan harus
menolongnya sesegera mungkin.
“Vid, lo kenapa?”
“Gue ingat, gue ingat sesuatu, argh!” David mengerang
kesakitan. Runi merebut foto ibunya dari tangan David.
“Apa yang lo ingat, atau lo sebenarnya Cuma pura-pura dan
mau ngolok-ngolok bunda gue yang Cuma punya satu tangan?” tanya Runi. Mendadak
dia merasa marah. Matanya panas. Dari umurnya 5 tahun tangan bundanya tinggal
satu karna harus diamputasi. Tapi Runi nggak pernah mempermasalahkan, bunda
tetaplah bunda, satu-satunya orang yang menyayanginya. Tapi dia segera sadar
dan memupus semua emosinya.
“Tangan bunda harus diamputasi karena tangannya tertimpa
mobil yang terbalik, itu karena dia harus nolongin anak laki-laki seumuran gue
yang kejebak di mobil itu, anak itu berhasil selamat, sayang bapaknya yang
nyetir meninggal dan bunda segera dilarikan kerumah sakit, untung bunda
selamat,yah meskipun dia sekarang udah pergi, lo kebayangkan kayak gimana hidup
dengan satu tangan gimana susahnya, huh! bego banget ya gue, minta pendapat
elo, apalagi gue curhat ke elo, yang ada lo bakalan ketawa ngakak mungkin, ah,
inilah yang bikin gue kesel sama diri gue sendiri, gue nggak bisa nahan
perasaan gue buat curhat, ah bego gue bego!” Runi menepuk pelan keningnya
berulangkali.
“Itu gue..” kata David lirih.
“Apa!! Maksud lo.. apaan sih?” tanya Runi sambil menatap
David dengan wajah blo’on. Entah apa yang difikirkan David, tiba-tiba saja
wajahnya sudah mendekati wajah Runi, Runi gelagapan. Dan Bruk! David pingsan.
***
“Amnesia sementaranya sudah sembuh, tapi David terlalu
memaksakan ingatannya, membuat otaknya jadi bekerja lebih keras, secara
keseluruhan dia baik-baik saja, istirahat saja yang banyak dan ini obatnya.”
Kata Dokter keluarga mereka yang
dipanggil Runi, Dokter Budi.
“Makasih Dok!” kata Runi sambil memasang senyum. Setelah
mengantar dokter Budi pulang, Runi kembali kekamar David, dan dilihatnya David
sudah sadar. Matanya menerawang dia teringat lagi kejadian yang merenggut nyawa
papanya dan sebelah tangan seorang wanita yang ternyata adalah ibu Runi. Saat
itu David dan papanya mau menyusul mamanya yang sudah pergi duluan ke Bogor.
Dan tiba-tiba saja mobil mereka terbalik dan menyerempet Bundanya Runi yang
bernama Laila. Dan setelah itu David tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia tahu
kalau wanita yang difoto ini udah nyelamatin dia, dan harus kehilangan tangan
karena itu.
***
Aku melihat sejak kejadian David yang sembuh dari
amnesianya, David jadi rajin sekolah, meskipun kadang-kadang tidak juga. Tapi
setidaknya itu lebih baik daripada sebelumnya. Dan perubahan besar yang paling
berarti adalah dia mulai berubah jadi orang baik dan mulai akur dengan Runi.
Runi kembali jadi Runi yang ceria dan mudah tersenyum seperti dulu. Mereka
merawat rumah bersama-sama. Hari ini Bu Lines dan suaminya pulang dari luar
kota. Dan aku tidak pernah berfikir akan terjadi hal ini.
“Nah, tuh lihat udah usang banget pa, kalau di ganti
dengan jam dinding mewah yang kita beli di Bandung kan jadi lebih serasi sama
rumah kita yang mewah ini pa.” deg! Jantungku serasa copot mendengarnya.
“Ya, terserah mama deh.” Kata pak Burhan menyahuti.
Runi! Dimana kamu? tolong aku Runi!
Beberapa jam kemudian.
“Nah ini pak jamnya tolong diturunin ya,” kata bu Lines
pada dua pekerjanya. Mereka dengan sigap menurunkan ku dari dinding tempat
biasa aku berada. Setelah itu sebagai gantinya, sebuah jam dinding besar
berlapis warna emas dipajang didinding itu.
“Trus jam yang ini mau diapakan bu?”
“Kalian ambil aja deh udah jelek gitu, dijual aja nggak
laku.” Kata bu Lines ketus. Runi apa kamu tidak mau menolongku?
***
Runi pulang dari latihan basketnya bareng David dan
melonjak senang melihat mobil papanya ada dihalaman rumahnya. Ia masuk ke rumah
dan segera terkejut. Ibu tirinya sedang memandangi sebuah jam mewah yang baru
saja menempel di dinding.
“Ma, kok jamnya diganti sih, jam yang lama kan belum rusak!”
“Nggak rusak sih, tapi udah usang, udah sana kamu mandi
gih!”
“Mama kok jahat banget, harusnya mama tu bilang-bilang
kalau mau ganti jam itu, itu jam bunda sama nenek yang beli, sekarang jamnya
mana?”
“Nggak tau, udah dibuang kali, mungkin udah sampai di
Paris kali..!” kata mama tirinya itu.
“Mama!!! Bunda pernah bilang jam itu nggak boleh dibuang,
aduh, aduh gimana nih!” Runi panik sendiri.
“Kamu ini kenapa, jam jelek gitu di tanyain.. udah bunda
kamu nggak papa kok..”
“Ah mama!” Runi merajuk. Ia masuk kekamar dan membanting
pintunya. Tepat saat itu David keluar dari kamarnya.
“kenapa tu anak manja?” tanya David lebih pada dirinya
sendiri. Mama menyahut “ Dia nyarik jam dinding jelek yang biasa ada disini, ya
udah mama buang lah.”
“Jam dinding?”
****
2 hari kemudian..
Ya, akhirnya aku kembali kerumah Runi, dan sekarang aku
tidak diruang tamu lagi tapi di kamar Runi. Dan kau tahu siapa membantu yang
membawaku kembali? David. Keajaiban sekali kan? Alasannya dia disuruh mamanya,
tapi kurasa karena dia peduli sama Runi. Setiap orang memang punya sisi baik.
Runi? Dia sangat senang aku kembali. Aku juga senang runi, bisa bertemu kembali
denganmu, waktu itu aku langsung dibawa ke tempat pembangan sampah besar. Aku
menangis. Aku fikir saat itulah akhir hayatku. Tapi 2 jam kemudian David datang
bersama Runi. Aku melihat mata runi sembab dan david dia serius mencari
keberadaanku. Melihat orang yang cuek bertampang serius seperti David rasanya
kayak melayang-layang di bulan. Waw banget. Dan sejak itu Runi mulai baik pada
David, meskipun David kembali ke sifat asalnya jahil dan nyebelin. Dan di kamar
Runi aku menyaksikan semua yang dilakukan Runi.
Malam ini Runi berkutat di depan meja belajarnya dari
sore tadi, ia hanya berhenti untuk ke wc dan mengambil cemilan. Aku tak tahu
apa yang dikerjakannya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan muncul David
dengan pakaian yang keren, mengangetkan Runi. Sepertinya dia mau keluar.
“Lo kalau masuk kamar orang ketok dulu dong! Gimana kalo
gue lagi pake baju?”
“Ya yang malu kan elo, bukan gue, salah sendiri kenapa
pintu nggak dikunci.”
“Dasar otak mesum lo!” Runi melanjutkan pekerjaannya
lagi. David masuk ke kamar Runi lebih dalam.
“kerjain PR Matematika gue ya! Nih bukunya. Gue mau pergi
dulu. Oke my sister.”
“Nggak mau kerjain aja sendiri, gue capek tauk, nulis PR
segini banak dari sore, lo pake minta buatin lagi!” Runi menepis buku David.
“Lo kok gitu bukannya kita udah rukun? Lo ngajakin
berantem lagi ya? Oke kalo nggak mau, kalo gitu buku lo gue sita!” David
merampas buku Runi.
“Apaan sih lo vid, balikin nggak?” Runi ingin merebut
buku itu. David sengaja meninggikan tangannya. David perlahan mundur untuk
menghindari Runi. Sampai di tepi tempat tidur. Runi tak sengaja tersandung dan
mengenai tubuh David dan brak! Tubuh David tertimpa tubuh Runi wajah mereka
saling berhadapan sangat dekat. Mereka masing-masing sama-sama terkejut. Antung
David berdetak dengan cepat. Runi
tersenyum dan beberapa saat kemudian tertawa. ia segera bangkit dan mengambil
bukunya. Runi juga mendorong David agar segera keluar dari kamarnya.
“Ya, kalau gue sempet, gue kerjain deh punya lo! Cepet
sana pergi!” Brak! Runi menutup pintu kamarnya dan segera menguncinya. Ia
menarik nafas lega.
***
Runi masih asyik menonton televisi padahal jarumku
menunjukkan pukul 11 malam. Aku tahu dia tidak bisa tidur. Ia baru saja
menyelesaikan PR nya dan PR David. Setengah jam kemudian Runi menguap, tapi ia
masih tetap menonton. Dan tak berapa lama kemudian ia tertidur. 2 jam kemudian, David pulang dari kegiatannya
biasa. Dia belum sepenuhnya berubah jadi baik. Tapi setidaknya ia baik sama
Runi sekarang. David terpelongo melihat Runi yang tertidur. Ia menelan liurnya
sendiri. Beberapa saat kemudian ia memukul-mukul kepalanya sendiri. Ia membuka
jeket yang dipakainya dan menyelimuti Runi dengan jeket itu.
***
Pagi harinya..
Runi terbangun dan tidak menemukan kedua orang tuanya.
Telpon berdering.
“Halo!”
“Sayang papa sama mama harus pergi lagi, kamu baik-baik
ya.” Tuuut tuuut.
“Mereka pergi lagi?” David berdiri dibelakang Runi. Runi
terlonjak.
“Lo ngagetin gue terus. Aaa!!” Runi berteriak melihat
David hanya memakai handuk dipinggangnya.
“Lo biasa aja deh, mau gue buka sekalian?”
Runi bergegas pergi meninggalkan David.
“Vid bantuin gue napa?” seru Runi yang sedang menanam
beberapa tanaman obat-obatan untuk mengisi pekarangan rumah yang kosong.
Sementara David sedang asyik menghirup kopi sambil internetan melalui
laptopnya.
“Gue mau tanya? Siapa pacar lo?” tanya David. Tiba-tiba
saja jantung Runi berdebar keras.
“Kok nggak nyambung sih lo?” Runi meneruskan kegiatannya
menanam beberapa bibit tanaman kumis kucing.
David beranjak dari tempat duduknya dan berjongkok di
sebelah Runi.
“Nggak ada kan? Pasti nggak ada yang suka sama lo kan?”
tanyanya lagi dengan nada iseng. Runi masih asyik dengan pekerjaannya.
“Kalo gitu lo jadi pacar gue aja ya?” suara David membuat
Runi berhenti. Cewek berambut ikal itu menatap David. Ia mendorong kepala David
keras.
“Dasar orang gila! Gue tau kok lo mau ngetes gue kan?
Lagian siapa juga yang mau pacaran sama abangnya sendiri. Dasar gila. Cowok
banyak yang suka sama gue tauk!”
“Gue bukan abang lo kali! Dan gue itu anaknya temen mama,
nyokap gue juga meninggal dan bokap gue nggak tau siapa. Status kita sama kan?
Kita bukan anggota keluarga ini.” David menatapku serius lalu tak lama kemudian
wajahnya berubah jahil lagi.
“Udah mandi aja gih lo.. biar gue yang lanjutin...”
“Gue..gue..” Runi menatap David ragu-ragu.
Cup! David mengecup pipi Runi. Runi terkejut. David
memamerkan senyum khasnya membuat Runi ikut tersenyum. Mereka tahu apa yang
harus mereka lakukan selanjutnya. Dan aku ikut senang dengan senyum Runi yang
telah kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar