Senin, 25 Mei 2015

Mauna's Story



Aku Mauna
Aku Mauna. Nama lengkapku Samauna amika. Aku sekolah di SMU Nusa Bakti. Yang perlu kalian tau, aku bukanlah gadis popular disekolahku. Kalau kalian bertanya ” Kamu kenal Mauna? “ pada penduduk sekolah ini mungkin hasilnya dari 100 % yang kenal aku hanya7% atau mungkin  1% dan itu hanya teman sebangkuku dan beberapa teman sekelas. Ya, memang aneh. Mungkin bagi orang lain masa-masa SMA ini masa untuk pacaran, atau bertualang cinta, tapi bagi ku. Aku tidak pernah memikirkan untuk menyukai seseorang bukan karena aku tidak normal, tapi karena aku sudah dijodohkan dari kecil dengan seseorang. Dan kupikir buat apa pacaran kalau aku sudah bertemu jodohku sendiri, yang tentu orang tuaku pilihkan. Tapi aku tidak habis piker karena jodohku itu adalah..
“Owen datang !!!”. teriak seseorang dan lamunanku pun terputus. Owen dan pengikut-pengikut setianya melewati kelasku. Anak-anak cewek berteriak histeris. Meskipun Owen tidak menoleh sedikitpun bahkan senyum saja tidak. Dan kalian tau dia si tengil yang barusan lewat dan bikin kerisuhan dikelasku, dia , dia jodohku! Pasti sebelum ini kalian berfikir kalau jodohku itu romantic, murah senyum, humoris, baik, atau bersikap layaknya orang pacaran jika disekolah. Tapi sama sekali jauh dari hal-hal itu. Owen itu mungkin bisa disebut si brengsek bagi siswa laki-laki dan prince bagi cewek-cewek karena sikapnya yang cool dan wajahnya yang ‘tampan’ itu bikin semua cewek lupa diri kecuali aku. bagiku Owen itu menjijikkan. Raja tawuran, preman sekolah, mungkin setiap sebulan sekali orang tuanya dipanggil kesekolahan karena kelakuannya yang meresahkan seperti bulan kemaren dia mematahkan jari seorang anak kelas satu karena anak itu tidak sengaja menabraknya. Yang terjatuh malahan anak itu, tapi jari kaki anak itu malah diinjak Owen sampai patah. Dan kejadian itu terjadi di depan mataku sendiri. Dan mulai saat itu aku berfikir ingin keluar dari perjodohan itu. Bagaimana bisa aku dijodohkan dengan laki-laki sekejam itu. Mungkin nanti aku akan jadi tempe goreng kalau aku menikah dengan dia. Iih jangan sampai deh. Dan aku juga berniat akan membalas dendam ke dia untuk anak itu. Tapi sumpah aku tidak berani.
Keluargaku dan keluarga Owen rutin mengadakan pertemuan keluarga setiap sebulan sekali dan ini berlangsung sejak kami SD, meskipun sudah sering bertemu, aku dan Owen tidak pernah berbicara sekalipun. Kami hanya diam mendengarkan cerita orang tua kami yang membayangkan atau mengimpikan masa depan kami seolah-olah itu mereka padahal yang akan menjalaninya aku dan owenkan? Dan hal ini sangat membosankan. Tapi aku sudah lumayan terbiasa dengan hal ini.
Aku terus memikirkan cara untuk membalas dendam. Tapi bagaiman bisa secara aku ini orang yang penakut, tidak popular, dan aku mau mengalahkan si brengsek yang juga playboy kakap itu. Oh ya aku belum memberitahu kalian bahwa dia itu playboy. Ya kata orang-orang dia itu dengan mudah mendapatkan wanita besoknya sudah diputusinya. Apa dia lupa kalau aku dan dia itu dijodohkan. Apa dia tidak pernah memikirkan perasaanku seandainya aku menyukainya. Oh iya aku lupa diakan tidak punya perasaan.***
Hari ini kuputuskan untuk menemui orang-orang yang menjadi ‘korban’ kekejaman Owen. Aku memutuskan untuk bersatu dengan mereka dan melawan Owen bersama-sama. Dengan berbagai cara aku berhasil menghubungi mereka.
  Jadi menurut kalian, bagaimana cara kita untuk  menghancurkan si brengsek itu?” ujarku to the point sambil menatap satu persatu kelima cowok itu.
“ Kalau kita melawan dengan kekuatan sudah pasti kita kalah, dan walaupun berhasil akan menimbulkan masalah besar.”  Ujar dika setelah beberapa saat tidak ada yang bersuara.
“Itu jelas, selain itu siI brengsek itu punya pengikut banyak dan dia juga kaya. Jadi apa yang bisa kita lakukan?”  andre menyampaikan pendapatnya. Kami semua terdiam putus asa.
“Brak!!” kami semua tersentak kaget. Ternyata si pendiam dean menggebrak meja.
“ Kenapa sih kamu dean, kami terkejut tahu!!” pekik ku. Dean merangkul kami semua dan mengajak kami berbisik.
“HAH!!!”.***
Aku terus berfikir hingga larut malam. Ah aku tidak bisa berfikir. Aku juga tidak bis membayangkan bagaimana itu terjadi. Ide Dean tadi siang benar-benar membuatku shock. Dean adalah orang yang paling sering dibullying oleh Owen cs, dari mulai tasnya dibuang di got, dikurung di gudang, sampai di keroyok berkali-kali, aku selalu menolongnya karena Owen tidak akan berani membulying ku juga. Dan karena hal itu, Dean mencetuskan ide yang menurutnya brillian yaitu, membunuh Owen dengan perasaan. Maksudnya dia akan membuat Owen jatuh cinta pada seorang wanita dan setelah itu si wanita harus mencampakkannya.
“ Kufikir hal itu mustahil, semua wanita disekolah ini memujanya. “ ujarku menanggapi ide Dean.
“Ya semuanya kecuali kau!!” dan kemudian kelima cowok itu memohon dengan tampang memelas supaya aku mau menjadi wanita itu untuk membalaskan dendam mereka. Aku pusing memikirkannya, tapi jika aku belum juga memutuskan hal ini, aku tidak akan bisa tidur semalaman. Huh! Baiklah, akan kulakukan.**
“ Cara menarik perhatian cowok” search.
Dandanan
Hari ini aku mau mempraktekkan hal-hal yang kudapat dari internet ini pada Owen. Aah aku kan tidak bisa dandan. Akhirnya aku dandan seperlunya (seperlunya?) dan melangkah pergi sekolah dengan PD. Komentar pertama yang kudapat adalah dari kakakku, Tiwi.
“ Eh dek dek, coba liat, kkamu pakek lipstick ya?” aku segera menutupi bibirku dengan kedua tangan dan menggeleng pelan.
“Liatt donk.” Paksanya sambil menarik tangan ku. Dia melihat bibirku dan tertawa sadis.
“Haha kayak cabe gitu?” ledeknya. Aku tersenyum kecut.
Wangi
Kenapa tips-tips ini tidak ada yang kusukai. Aku tidak biasa memakai parfum jadinya tidak ada parfum dikamarku. Aha! Mungkin dikamar kakakku ada. Tiwikan fashionable. Dengan mengendap-endap aku melangkah kekamar Tiwi.
“Hayo kamu mau apa?”  pekik Tiwi dari kamar mandi. Hah! Memangnya Tiwi bisa melihatku disini? Di kan lagi mandi. Aku terdiam di tempat.
“ dasar tikus sialan,  gue tabok lo. Ciit” terdengar suara tikus menjerit. Huh! Akhirnya aku bisa bernafas lega. Iih kakakku itu memang aneh. Tidak punya rasa jijik. aku kembali mengendap-endap. Wah banyak sekali jenis parfum dikamarnya ini. Ku ambil salah satu parfum dan kusemprotkan  keseluruh bagian tubuhku. Hmm wangi..
Aku membayangkan ketika Owen lewat didepanku dan terhenti Karena mencium wangi dari tubuhku. Kayak iklan ditipi gitu, wkwkwk.

Pandangan
Aku lupa, aku kan pergi sekolah pakai angkot hari ini.  papa kan udah pergi duluan tadi. Hasilnya turun dari angkot wangi parfum ku  jadi hilang. Ah sudahlah. Fokus pada tips ketiga. Jam istirahat tiba. Aku siap-siap bentar lagi Owen itu pasti lewat. Aku sudah siap di depan pintu. Seperti biasa teriakan-teriakan cewek-cewek bergema saat melihat owen. Dan cewek-cewek didalam kelas berhamburan keluar dan menerobos ku. Aku tersungkur tepat dikaki owen. Aku mendongak hati-hati kearah owen. Dia memandangku tajam. Aku terpaku ketakutan, tapi ingat aku harus tenang. Aku teringat tips selanjutnya.
Senyuman
Aku mencoba tersenyum pada lelaki itu. Tetapi yang terlihat malah wajahku yang ketakutan owen menatapku sinis dan berlalu dari hadapanku tanpa membantuku berdiri. Menyebalkan!
Kata pertama
Aku menguatkan diriku. Aku harus berani! Aku memutuskan untuk menghampiri owen saat dia sedang makan dikantin sendirian. Sekarang bukan jam istirahat tapi Owen malah makan di kantin. Aku sebenarnya ingin ke toilet tapi kupikir ini kesempatan emas. Aku mendekati meja.
“H..hai” kataku gugup. Owen menoleh sesaat, lalu melanjutkan aktifitasnya
Duh apa yang harus kulakukan. Huft tenang aku harus memulai percakapan dengan dia.
“ B. boleh a..aku duduk disini?” Owen masih cuek. Aku menunggu dia berbicara.
Bel istirahat berbunyi. Anak-anak mulai berdatangan ke kantin. Tanpa menunggu diiyakan, aku langsung duduk didepannya.
“Kita sudah sering bertemu ya, tapi tidak pernah berbicara, seharusnya kan kita bersikap seperti layaknya orang pacaran ya, kan kita sudah tunangan, tapi kita malah nggak pernah ngomong sebiji kata pun, hahaha, lucu ya,” Owen menatapku kesal.
“Lo ternyata bawel ya, nih hadiah buat orang bawel kayak lo!” ujar Owen, kemudian dia mengambil gelas air putihnya dan menyiramkannya ke atas kepalaku. Wajah ku memerah malu dan marah, degan geram kuangkat mangkuk bakso Owen dan ku siramkan ke kepalanya dengan geram.
“Lo dasar cewek berengsek! Berani banget mempermaluin gue, liat diri lo, lo Cuma cewek kecentilan yang tergila-gila sama gue, denger ya!gue nggak sudi jadi pacar lo apalagi jadi tunangan lo! Ngerti lo! Brengsek lo, kalo’ lo bukan cewek udah gue abisin lo,”  Telinga panas mendengarnya.
“Kamu yang brengsek, kamu fikir aku beneran suka sama kamu, heh, dengerin ya aku Cuma mau kamu tu ngerasain sakit yang sama kayak yang dirasain sama orang yang pernah kamu kerjain, kamu fikir dengan ngebully orang kamu jadi hebat, justru sebaliknya kamu tu sama kayak sampah, nggak ada gunanya tapi bikin orang tersiksa ,” anak-anak berkumpul mengelilingi kami dan menyorakiku. Aku tak perduli dan menerobos kerumunan meninggalkan kantin.***
Aku gagal membalas dendam, dan kupikir untung saja gagal, kalau sampai berlanjut, aku akan menyesal karena buat orang lain menderita, tapi gimana kalau sandainya aku benar-benar suka dengan Owen, karena akhir-akhir ini aku merasa dia jadi tampan sekali. Lagian aku merasa sikapnya jadi berubah kalau berpapasan denganku dia memandangiku terus, aku jadi deg-degan. Apa dia marah dengan ku?.***
Pulang sekolah aku naik angkot dan berhenti didepan lorong arah kerumahku. Rumahku melewati sebuah panti asuhan, aku senang bermain disini, selain karena ibu pengurusnya ramah, anak-anaknya lucu-lucu, juga karena tempatnya luas dan indaaaah banget. Dihalaman belakang banyak pepohonan rimbun, ada kolam ikan rumputnya hijau, pokoknya menggoda untuk ditiduri. Hari ini aku mampir kesitu lagi, aku juga sudah membelikan makanan yang banyak untuk mereka.
“Eh ada Mauna, ayo masuk!” seru ibu panti saat melihatku didepan pintu panti.
“Iya bu, ini juga ada sedikit makanan buat anak-anak,”
“Sedikit apa, ini banyak banget, tadi juga dikasih makanan sama aduh siapa ya namanya cowok tadi, aduh ibu lupa tu orangnya ada didalam, lagi main sama anak-anak,”
“Oh iya bu,” aku melangkah masuk ketempat berkumpul anak-anak panti. Seseorang cowok berseragam SMA duduk memunggungiku, sepertinya sedang membacakan dongeng.
“Kak Una datang!” Vito beseru senang saat melihatku, anak-anak yang lain menyerbuku dan berebutan untuk memelukku, aku hanya tertawa.
“Kalian semua udah makan nggak nih?” tanyaku pada mereka.
“Udah dong kak, kan kakak kemaren bilang anak-anak harus makan banyak biar cepet gede,” seru Alif semangat.
“Semuanya boleh makan banyak tapi Imo makannya sedikit aja, soalnya nanti kalo Imo tidur kalau ranjangnya nggak sanggup nahan berat Imo, nanti Imo jatuh langsung gempa bumi deh,” celoteh Vito sambil menunjuk Imo yang berbadan gemuk. Aku hanya tertawa.
“Kak Una, punya kakak bru looh,? Seru Aya, gadis kecil yang imut.
“Oh ya? Siapa?” Aya menarik tangan seseorang kedekatku. Aku menoleh. OWEN!! Owen tersenyum kearahku.
“Ini namanya kak Owen kak, kakaknya lucuuu banget, kak Owen ini kak Una orangnya baik banget, coba kalau kalian pacaran pasti coooocook sekali,” ***
Aku duduk memandangi Owen dan anak-anak lainnya yang sedang bermain ditengah lapangan rumput dibelakang panti. Mereka gembira sekali. Owen menggendong mereka satu persatu kemudian menggelitiki mereka. Menjahili mereka. Berkejar-kejaran. Dan mereka tampak bahagia. Entah kenapa aku merasa dia bukan Owen yang kukenal. Owen yang kukenal adalah cowok yang nggak kenal kasih sayang. Tapi sekarang. Tiba-tiba Owen menoleh kearahku, tatapan kami bertemu. Aku memalingkan muka, malu.
“Kak Una ayo ikut main, ayoo,” Aya menghampiriku dan menarik tanganku. Terpaksa aku ikut dengannya.
Owen asyik bermain petak umpet dengan anak-anak.
“Vito! Kamu dimana??” teriak Owen dengan nada lucu. Tiba-tiba Aya berlari menghampiri Owen dengan wajah panik.
“Kak Owen, Vito tenggelam di kolam,” ujar Aya dengan nafas terngah-engah. Owen kaget, aku tak kalah kaget.
“Dimana Vitonya Aya?” tanyaku panik.
“Dia bilang di kolam lo nanya lagi,”
“Kamu jangan banyak bicara brengsek!”
Aku berlari menuju kolam yang dimaksud Aya, dan terlihat tangan Vito menggapai-gapai permukaan air. Tanpa basa basi, aku menceburkan diri kekolam dan berusaha menarik tubuh Vito ketepi. Owen ikut berenang membantuku. Diraihnya tangan Vito dan dengan cepat dibawanya ketepi. Aku ingin menyusul tapi tiba-tiba dari bawah air sesuatu menggigit kakiku. Aku mencoba berteriak tapi tidak bisa, malah air yang tertelan. Dan aku merasa gelap.***
“Mauna udah siuman? Kamu tadi disengat ikan lele, sekarang udah diobatin, tapi masih agak nyeri, untung Vito nggak digigit juga ya, kalian temenin kak Una yah, ibu mau kebelakang dulu” seru Ibu panti saat aku siuman. Anak-anak panti mengelilingiku bersama Owen. Kakiku diperban. Kupandangi Owen tajam.
“Kamu tau ini karena siapa? Ini semua karena kamu, mungkin kamu dikutuk ya? kamu nggak bisa buat orang lain bahagia, kamu selalu buat orang lain menderita, atau ini sebagian rencana balas dendam kamu karena aku sudah mempermalukan kamu, okey terserah kamu mau balas dendam keaku, tapi plis jangan libatin anak-anak panti, mereka nggak salah, kamu bener-bener bikin orang menderita, hari ini aku dan Vito hampir mati besok, seluruh panti ini kamu bunuh? Kamu memang sampah, Cuma bisa buat orang lain menderita, kamu nggak berguna, kamu brengsek, cowok brengsek! Berhenti sok-sok baik, berhenti dengan penyamaran kamu, buka topeng kamu, dan liatan siapa kamu sebenarnya ke anak-anak ini, kamu tu nggak lebih dari seorang penipu, kamu penipu!!” aku memaki Owen dengan kasar. Aku emosi. Wajah Owen yang semula cemas berubah sedih.
“Nggak perlu pura-pura lagi, karena itu bikin aku mual, kamu nggak pantes jadi orang baik, sekali sampah tetap sampah, sekali brengsek selamanya brengsek, kamu jangan pernah muncul lagi dihadapan aku dan anak-anak ini brengsek!” sambungku.
“Terserah lo, tapi liat lo bakal nyesel karena udah ngomong itu!”***
Sudah 2 minggu sekolah ku sepi dari teriakan fans-fans cewek nya Owen. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Owen tidak muncul lagi. Aku sebenarnya heran juga sih, kenapa Owen tidak masuk sekolah. Bahkan jauh dilubuk hatiku, aku sangat merindukan Owen, terutama saat Owen memandangku waktu di halaman belakang panti. Apa Owen marah denganku? Aku harus kerumahnya dan minta maaf, aku benar-benar emosi waktu itu. Aku tambah merasa bersalah saat tau cerita sesungguhnya. Owen yang sudah menolong aku dan Vito, Owen juga yang mengobatiku dan memberikan pertolongan pertama ke Vito. Aku benar-benar merasa bersalah. Apa aku harus kerumahnya?***
Sampai dirumah Owen aku disambut pembantunya.
“Maaf Non, ibu bapak sedang pergi, dan den Owennya juga dari 2 minggu yang lalu tidak pulang, nggak tau kemana,” aku lemas. Kemana Owen? Jangan-jangan dia bunuh diri?
Aku memutuskan kembali kerumah, huh! Tiba ditepi jalan andalas orang-orang ramai berkerumunan di dkat taman, seperti ada Bazaar. Aku turun dari motorku, penasaran ada apa sih?.
“Ada acara amal gitu, yang stand itu periksa mata gratis, itu sembako gratis, itu sekolah untuk anak-anak miskin, dan yang terakhir itu para orang tua miskin dikasih dana untuk membangun usaha. Ya sekitar 5 jutaan perorang kalau nggak salah. Tau nggak juga, katanya acara ini didanai seorang anak kelas 2 SMA loh, ah pastinya anak itu kaya sekali ya,anaknya yang jaga stand sembako itu, orangnya ramah, ganteng pula. trus katanya dia juga menyumbang 10 juta ke sebuah panti. Aduh baik bangetkan ya, jarang loh anak muda yang kayak gitu, anak muda sekarang kebanyakan ngabisin uang orang tua untuk pacaran,” aku menguping pembicaraan ibu-ibu yang berdiri disebelahku.
“Maaf mbak, mau sembako gratis ya?”  seseorang bebicara dibelakangku, aku menoleh. Terlihat dimataku wajah Owen tersenyum tulus kepada ku.
“Owen!!” aku berseru senang dan memeluknya erat.
“Aku kira kamu marah dan mau bunuh diri, aku cemas tau!”
“Hahaha mau bunuh diri? Ada ada aja, makanya jangan kebanyakan nonton sinetron. Aku minta maaf kalau udah bikin kamu cemas, sayang,” aku tersentak dan menatap matanya aneh.
“Kenapa? Udah ngaku aja kamu galau kan karna aku nggak sekolah 2 minggu, hahaha,”
“Uh sembarangan! Siapa yang galau, ngapain galau karena orang jahat kayak kamu,”
“Aku jahat? Kan aku udah jadi orang baik, dan semuanya ini karena kamu, kamu yang sudah menyadarkan aku, kamu yang jadi tunanganku, kamu yang sudah memaki-maki aku, kamu yang pertama kali buat aku malu didepan umum..”
“Kamu yang paling jahat karena sudah berani mencuri hatiku, yang bikin aku kayak orang gila,”
“ Wah berarti, Mauna udah bener-bener jatuh cinta ya sama aku,”
“Siapa bilang aku cinta sama kamu, aku kayak orang gila tau gara-gara ditanya-tanyain tentang hubungan kita yang tunangan, gara-gara temen semejaku yang ember, keceplosan bilang kalau aku tunangan kamu didepan kelas. Trus aku juga hampir dikeroyok untungnya bel waktu itu bunyi, fans-fans fanatik kamu tuh ya, nggak suka kalo idolanya punya pasangan. Aneh.”
 “O gitu,”
“Cuma gitu komentarnya, oke deh aku pulang ya, bye,”
“Iya pulang sana cepetan, sayang,” aku hanya tersenyum mendengarnya.
***
Jam menunjuk pukul 07.15, kelasku masih sepi. Tiba-tiba masuk serombongan cewek-cewek fansnya Owen.
“Heh kemaren emang nggak jadi, tapi sekarang , kita semua nggak akan nunda-nunda lagi,”
“Kalian mau apa??” Tanyaku ketakutan.
“Kita mau lo mati, atau paling nggak lo pindah sekolah dan lupain Owen, kita nggak mau Owen punya tunangan atupun pacar, apalagi sama cewek yang nggak populer kayak lo,” tukas seorang cewek  kakak kelas ku yang rambutnya sebahu.
“Kalian siapa? Berani banget ngatur-ngatur hidup gue?” tiba-tiba Owen muncul dihadapan mereka semua, Owen merangkul pundakku.
“ Dia pacar gue, dan nggak ada yang bisa ngatur hidup gue, kalau kalian ngefans sama gue, silahkan tapi jangan pernah ngehalangi pilihan gue ngerti?sekarang mendingan kalian pergi dan jangan ganggu cewek gue lagi, ”***
Malam ini pertemuan keluarga kesekian kalinya dirumahku. Kali ini aku dan Owen kembali mengasingkan diri dari para orang tua, kami berdiri di teras atas, sambil memandang bintang.
“Mauna, aku suka kamu, kamu tu seperti bulan, dari jauh indah, dari dekat jelek,”
“Owen, kok malah ngejek sih, “
“Oke oke, Mauna kamu seperti kertas, mudah dirobek,”
“Ah nggak cocok , aku kan galak,”
“Okey! MAUNA KAMU ADALAH TULANG RUSUKKU, DAN TANPA TULANG RUSUK AKU TAK BERDAYA DAN  TANPA KAMU AKU MATI, MAUNA AKU CINTA KAMU, MAUKAH KAMU JADI JODOHKU??”
“OWEN, JANGAN TERIAK-TERIAK KUPING AKU SAKIT DENGERNYA, IYA AKU MAU JADI JODOH KAMU TAPI AKU AKAN NINGGALIN KAMU KALAU KAMU TERUS NGOMONG PAKAI TERIAK-TERIAK KAYAK GINI,!!!” aku hanya bisa memegang tenggorokanku yang sakit karena berteriak.
“CIE!!!” sebuah teriakan ledekan membuat kami menoleh. Ternyata didepan pintu sudah ada fans-fansnya Owen, dan cowok-cowok yang memintaku membalas dendam kemaren.
“Kalian semua ngapain disini, ganggu orang lagi asik aja, pergi,pergi sana,” usir Owen pada mereka.
“Iya deh,” sahut mereka bersamaan.
“Kok mereka bisa kesini sih,”
“Hari ini ada kejutan buat kamu, ayo ikut aku.”
Owen mengajak keruang tengah, aku terkejut, disana ada anak-anak panti, ada mereka tadi, ada mama papa kami berdua, dan ada kue ulang tahun, aku baru ingat aku ulang tahun hari ini, serentak mereka bernyanyi lagu selamat ulang tahun, aku terharu dan menangis, Owen mengusap air mataku, lalu memutar kaset, kami berkarokean ramai-ramai, duh aku bahagia sekali. Terima kasih untuk kalian semua, aku sayang kalian.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Little Sistaa

My Little Sistaa
Her name is Nur Alvina Ilyas, born : Kuala Tungkal city, 7 November 2010 , 2:00 AM.