Aku
Mauna
Aku
Mauna. Nama lengkapku Samauna amika. Aku sekolah di SMU Nusa Bakti. Yang perlu
kalian tau, aku bukanlah gadis popular disekolahku. Kalau kalian bertanya ”
Kamu kenal Mauna? “ pada penduduk sekolah ini mungkin hasilnya dari 100 % yang
kenal aku hanya7% atau mungkin 1% dan
itu hanya teman sebangkuku dan beberapa teman sekelas. Ya, memang aneh. Mungkin
bagi orang lain masa-masa SMA ini masa untuk pacaran, atau bertualang cinta,
tapi bagi ku. Aku tidak pernah memikirkan untuk menyukai seseorang bukan karena
aku tidak normal, tapi karena aku sudah dijodohkan dari kecil dengan seseorang.
Dan kupikir buat apa pacaran kalau aku sudah bertemu jodohku sendiri, yang
tentu orang tuaku pilihkan. Tapi aku tidak habis piker karena jodohku itu
adalah..
“Owen
datang !!!”. teriak seseorang dan lamunanku pun terputus. Owen dan
pengikut-pengikut setianya melewati kelasku. Anak-anak cewek berteriak histeris.
Meskipun Owen tidak menoleh sedikitpun bahkan senyum saja tidak. Dan kalian tau
dia si tengil yang barusan lewat dan bikin kerisuhan dikelasku, dia , dia
jodohku! Pasti sebelum ini kalian berfikir kalau jodohku itu romantic, murah
senyum, humoris, baik, atau bersikap layaknya orang pacaran jika disekolah.
Tapi sama sekali jauh dari hal-hal itu. Owen itu mungkin bisa disebut si
brengsek bagi siswa laki-laki dan prince bagi cewek-cewek karena sikapnya yang
cool dan wajahnya yang ‘tampan’ itu bikin semua cewek lupa diri kecuali aku.
bagiku Owen itu menjijikkan. Raja tawuran, preman sekolah, mungkin setiap
sebulan sekali orang tuanya dipanggil kesekolahan karena kelakuannya yang
meresahkan seperti bulan kemaren dia mematahkan jari seorang anak kelas satu karena
anak itu tidak sengaja menabraknya. Yang terjatuh malahan anak itu, tapi jari
kaki anak itu malah diinjak Owen sampai patah. Dan kejadian itu terjadi di
depan mataku sendiri. Dan mulai saat itu aku berfikir ingin keluar dari
perjodohan itu. Bagaimana bisa aku dijodohkan dengan laki-laki sekejam itu.
Mungkin nanti aku akan jadi tempe goreng kalau aku menikah dengan dia. Iih
jangan sampai deh. Dan aku juga berniat akan membalas dendam ke dia untuk anak
itu. Tapi sumpah aku tidak berani.
Keluargaku
dan keluarga Owen rutin mengadakan pertemuan keluarga setiap sebulan sekali dan
ini berlangsung sejak kami SD, meskipun sudah sering bertemu, aku dan Owen
tidak pernah berbicara sekalipun. Kami hanya diam mendengarkan cerita orang tua
kami yang membayangkan atau mengimpikan masa depan kami seolah-olah itu mereka
padahal yang akan menjalaninya aku dan owenkan? Dan hal ini sangat membosankan.
Tapi aku sudah lumayan terbiasa dengan hal ini.
Aku terus
memikirkan cara untuk membalas dendam. Tapi bagaiman bisa secara aku ini orang
yang penakut, tidak popular, dan aku mau mengalahkan si brengsek yang juga
playboy kakap itu. Oh ya aku belum memberitahu kalian bahwa dia itu playboy. Ya
kata orang-orang dia itu dengan mudah mendapatkan wanita besoknya sudah
diputusinya. Apa dia lupa kalau aku dan dia itu dijodohkan. Apa dia tidak
pernah memikirkan perasaanku seandainya aku menyukainya. Oh iya aku lupa diakan
tidak punya perasaan.***
Hari ini
kuputuskan untuk menemui orang-orang yang menjadi ‘korban’ kekejaman Owen. Aku
memutuskan untuk bersatu dengan mereka dan melawan Owen bersama-sama. Dengan
berbagai cara aku berhasil menghubungi mereka.
“ Jadi menurut kalian, bagaimana cara kita
untuk menghancurkan si brengsek itu?”
ujarku to the point sambil menatap satu persatu kelima cowok itu.
“ Kalau
kita melawan dengan kekuatan sudah pasti kita kalah, dan walaupun berhasil akan
menimbulkan masalah besar.” Ujar dika
setelah beberapa saat tidak ada yang bersuara.
“Itu
jelas, selain itu siI brengsek itu punya pengikut banyak dan dia juga kaya.
Jadi apa yang bisa kita lakukan?” andre
menyampaikan pendapatnya. Kami semua terdiam putus asa.
“Brak!!”
kami semua tersentak kaget. Ternyata si pendiam dean menggebrak meja.
“ Kenapa
sih kamu dean, kami terkejut tahu!!” pekik ku. Dean merangkul kami semua dan
mengajak kami berbisik.
“HAH!!!”.***
Aku terus
berfikir hingga larut malam. Ah aku tidak bisa berfikir. Aku juga tidak bis
membayangkan bagaimana itu terjadi. Ide Dean tadi siang benar-benar membuatku
shock. Dean adalah orang yang paling sering dibullying oleh Owen cs, dari mulai
tasnya dibuang di got, dikurung di gudang, sampai di keroyok berkali-kali, aku
selalu menolongnya karena Owen tidak akan berani membulying ku juga. Dan karena
hal itu, Dean mencetuskan ide yang menurutnya brillian yaitu, membunuh Owen
dengan perasaan. Maksudnya dia akan membuat Owen jatuh cinta pada seorang
wanita dan setelah itu si wanita harus mencampakkannya.
“ Kufikir
hal itu mustahil, semua wanita disekolah ini memujanya. “ ujarku menanggapi ide
Dean.
“Ya
semuanya kecuali kau!!” dan kemudian kelima cowok itu memohon dengan tampang
memelas supaya aku mau menjadi wanita itu untuk membalaskan dendam mereka. Aku
pusing memikirkannya, tapi jika aku belum juga memutuskan hal ini, aku tidak
akan bisa tidur semalaman. Huh! Baiklah, akan kulakukan.**
“ Cara
menarik perhatian cowok” search.
Dandanan
Hari ini
aku mau mempraktekkan hal-hal yang kudapat dari internet ini pada Owen. Aah aku
kan tidak bisa dandan. Akhirnya aku dandan seperlunya (seperlunya?) dan
melangkah pergi sekolah dengan PD. Komentar pertama yang kudapat adalah dari
kakakku, Tiwi.
“ Eh dek
dek, coba liat, kkamu pakek lipstick ya?” aku segera menutupi bibirku dengan
kedua tangan dan menggeleng pelan.
“Liatt
donk.” Paksanya sambil menarik tangan ku. Dia melihat bibirku dan tertawa
sadis.
“Haha
kayak cabe gitu?” ledeknya. Aku tersenyum kecut.
Wangi
Kenapa
tips-tips ini tidak ada yang kusukai. Aku tidak biasa memakai parfum jadinya
tidak ada parfum dikamarku. Aha! Mungkin dikamar kakakku ada. Tiwikan
fashionable. Dengan mengendap-endap aku melangkah kekamar Tiwi.
“Hayo
kamu mau apa?” pekik Tiwi dari kamar
mandi. Hah! Memangnya Tiwi bisa melihatku disini? Di kan lagi mandi. Aku
terdiam di tempat.
“ dasar
tikus sialan, gue tabok lo. Ciit” terdengar
suara tikus menjerit. Huh! Akhirnya aku bisa bernafas lega. Iih kakakku itu
memang aneh. Tidak punya rasa jijik. aku kembali mengendap-endap. Wah banyak
sekali jenis parfum dikamarnya ini. Ku ambil salah satu parfum dan kusemprotkan keseluruh bagian tubuhku. Hmm wangi..
Aku
membayangkan ketika Owen lewat didepanku dan terhenti Karena mencium wangi dari
tubuhku. Kayak iklan ditipi gitu, wkwkwk.
Pandangan
Aku lupa,
aku kan pergi sekolah pakai angkot hari ini.
papa kan udah pergi duluan tadi. Hasilnya turun dari angkot wangi parfum
ku jadi hilang. Ah sudahlah. Fokus pada
tips ketiga. Jam istirahat tiba. Aku siap-siap bentar lagi Owen itu pasti
lewat. Aku sudah siap di depan pintu. Seperti biasa teriakan-teriakan cewek-cewek
bergema saat melihat owen. Dan cewek-cewek didalam kelas berhamburan keluar dan
menerobos ku. Aku tersungkur tepat dikaki owen. Aku mendongak hati-hati kearah owen.
Dia memandangku tajam. Aku terpaku ketakutan, tapi ingat aku harus tenang. Aku
teringat tips selanjutnya.
Senyuman
Aku
mencoba tersenyum pada lelaki itu. Tetapi yang terlihat malah wajahku yang
ketakutan owen menatapku sinis dan berlalu dari hadapanku tanpa membantuku
berdiri. Menyebalkan!
Kata
pertama
Aku
menguatkan diriku. Aku harus berani! Aku memutuskan untuk menghampiri owen saat
dia sedang makan dikantin sendirian. Sekarang bukan jam istirahat tapi Owen malah
makan di kantin. Aku sebenarnya ingin ke toilet tapi kupikir ini kesempatan
emas. Aku mendekati meja.
“H..hai”
kataku gugup. Owen menoleh sesaat, lalu melanjutkan aktifitasnya
Duh apa
yang harus kulakukan. Huft tenang aku harus memulai percakapan dengan dia.
“ B.
boleh a..aku duduk disini?” Owen masih cuek. Aku menunggu dia berbicara.
Bel
istirahat berbunyi. Anak-anak mulai berdatangan ke kantin. Tanpa menunggu
diiyakan, aku langsung duduk didepannya.
“Kita
sudah sering bertemu ya, tapi tidak pernah berbicara, seharusnya kan kita
bersikap seperti layaknya orang pacaran ya, kan kita sudah tunangan, tapi kita
malah nggak pernah ngomong sebiji kata pun, hahaha, lucu ya,” Owen menatapku
kesal.
“Lo
ternyata bawel ya, nih hadiah buat orang bawel kayak lo!” ujar Owen, kemudian
dia mengambil gelas air putihnya dan menyiramkannya ke atas kepalaku. Wajah ku
memerah malu dan marah, degan geram kuangkat mangkuk bakso Owen dan ku siramkan
ke kepalanya dengan geram.
“Lo dasar
cewek berengsek! Berani banget mempermaluin gue, liat diri lo, lo Cuma cewek
kecentilan yang tergila-gila sama gue, denger ya!gue nggak sudi jadi pacar lo
apalagi jadi tunangan lo! Ngerti lo! Brengsek lo, kalo’ lo bukan cewek udah gue
abisin lo,” Telinga panas mendengarnya.
“Kamu
yang brengsek, kamu fikir aku beneran suka sama kamu, heh, dengerin ya aku Cuma
mau kamu tu ngerasain sakit yang sama kayak yang dirasain sama orang yang
pernah kamu kerjain, kamu fikir dengan ngebully orang kamu jadi hebat, justru
sebaliknya kamu tu sama kayak sampah, nggak ada gunanya tapi bikin orang
tersiksa ,” anak-anak berkumpul mengelilingi kami dan menyorakiku. Aku tak
perduli dan menerobos kerumunan meninggalkan kantin.***
Aku gagal
membalas dendam, dan kupikir untung saja gagal, kalau sampai berlanjut, aku
akan menyesal karena buat orang lain menderita, tapi gimana kalau sandainya aku
benar-benar suka dengan Owen, karena akhir-akhir ini aku merasa dia jadi tampan
sekali. Lagian aku merasa sikapnya jadi berubah kalau berpapasan denganku dia
memandangiku terus, aku jadi deg-degan. Apa dia marah dengan ku?.***
Pulang
sekolah aku naik angkot dan berhenti didepan lorong arah kerumahku. Rumahku
melewati sebuah panti asuhan, aku senang bermain disini, selain karena ibu
pengurusnya ramah, anak-anaknya lucu-lucu, juga karena tempatnya luas dan
indaaaah banget. Dihalaman belakang banyak pepohonan rimbun, ada kolam ikan
rumputnya hijau, pokoknya menggoda untuk ditiduri. Hari ini aku mampir kesitu
lagi, aku juga sudah membelikan makanan yang banyak untuk mereka.
“Eh ada
Mauna, ayo masuk!” seru ibu panti saat melihatku didepan pintu panti.
“Iya bu,
ini juga ada sedikit makanan buat anak-anak,”
“Sedikit
apa, ini banyak banget, tadi juga dikasih makanan sama aduh siapa ya namanya
cowok tadi, aduh ibu lupa tu orangnya ada didalam, lagi main sama anak-anak,”
“Oh iya
bu,” aku melangkah masuk ketempat berkumpul anak-anak panti. Seseorang cowok
berseragam SMA duduk memunggungiku, sepertinya sedang membacakan dongeng.
“Kak Una
datang!” Vito beseru senang saat melihatku, anak-anak yang lain menyerbuku dan
berebutan untuk memelukku, aku hanya tertawa.
“Kalian
semua udah makan nggak nih?” tanyaku pada mereka.
“Udah
dong kak, kan kakak kemaren bilang anak-anak harus makan banyak biar cepet
gede,” seru Alif semangat.
“Semuanya
boleh makan banyak tapi Imo makannya sedikit aja, soalnya nanti kalo Imo tidur
kalau ranjangnya nggak sanggup nahan berat Imo, nanti Imo jatuh langsung gempa
bumi deh,” celoteh Vito sambil menunjuk Imo yang berbadan gemuk. Aku hanya
tertawa.
“Kak Una,
punya kakak bru looh,? Seru Aya, gadis kecil yang imut.
“Oh ya?
Siapa?” Aya menarik tangan seseorang kedekatku. Aku menoleh. OWEN!! Owen
tersenyum kearahku.
“Ini
namanya kak Owen kak, kakaknya lucuuu banget, kak Owen ini kak Una orangnya
baik banget, coba kalau kalian pacaran pasti coooocook sekali,” ***
Aku duduk
memandangi Owen dan anak-anak lainnya yang sedang bermain ditengah lapangan
rumput dibelakang panti. Mereka gembira sekali. Owen menggendong mereka satu
persatu kemudian menggelitiki mereka. Menjahili mereka. Berkejar-kejaran. Dan
mereka tampak bahagia. Entah kenapa aku merasa dia bukan Owen yang kukenal.
Owen yang kukenal adalah cowok yang nggak kenal kasih sayang. Tapi sekarang. Tiba-tiba
Owen menoleh kearahku, tatapan kami bertemu. Aku memalingkan muka, malu.
“Kak Una
ayo ikut main, ayoo,” Aya menghampiriku dan menarik tanganku. Terpaksa aku ikut
dengannya.
Owen
asyik bermain petak umpet dengan anak-anak.
“Vito!
Kamu dimana??” teriak Owen dengan nada lucu. Tiba-tiba Aya berlari menghampiri
Owen dengan wajah panik.
“Kak
Owen, Vito tenggelam di kolam,” ujar Aya dengan nafas terngah-engah. Owen
kaget, aku tak kalah kaget.
“Dimana
Vitonya Aya?” tanyaku panik.
“Dia
bilang di kolam lo nanya lagi,”
“Kamu
jangan banyak bicara brengsek!”
Aku
berlari menuju kolam yang dimaksud Aya, dan terlihat tangan Vito menggapai-gapai
permukaan air. Tanpa basa basi, aku menceburkan diri kekolam dan berusaha
menarik tubuh Vito ketepi. Owen ikut berenang membantuku. Diraihnya tangan Vito
dan dengan cepat dibawanya ketepi. Aku ingin menyusul tapi tiba-tiba dari bawah
air sesuatu menggigit kakiku. Aku mencoba berteriak tapi tidak bisa, malah air
yang tertelan. Dan aku merasa gelap.***
“Mauna
udah siuman? Kamu tadi disengat ikan lele, sekarang udah diobatin, tapi masih
agak nyeri, untung Vito nggak digigit juga ya, kalian temenin kak Una yah, ibu
mau kebelakang dulu” seru Ibu panti saat aku siuman. Anak-anak panti
mengelilingiku bersama Owen. Kakiku diperban. Kupandangi Owen tajam.
“Kamu tau
ini karena siapa? Ini semua karena kamu, mungkin kamu dikutuk ya? kamu nggak
bisa buat orang lain bahagia, kamu selalu buat orang lain menderita, atau ini
sebagian rencana balas dendam kamu karena aku sudah mempermalukan kamu, okey
terserah kamu mau balas dendam keaku, tapi plis jangan libatin anak-anak panti,
mereka nggak salah, kamu bener-bener bikin orang menderita, hari ini aku dan
Vito hampir mati besok, seluruh panti ini kamu bunuh? Kamu memang sampah, Cuma
bisa buat orang lain menderita, kamu nggak berguna, kamu brengsek, cowok
brengsek! Berhenti sok-sok baik, berhenti dengan penyamaran kamu, buka topeng
kamu, dan liatan siapa kamu sebenarnya ke anak-anak ini, kamu tu nggak lebih
dari seorang penipu, kamu penipu!!” aku memaki Owen dengan kasar. Aku emosi.
Wajah Owen yang semula cemas berubah sedih.
“Nggak
perlu pura-pura lagi, karena itu bikin aku mual, kamu nggak pantes jadi orang
baik, sekali sampah tetap sampah, sekali brengsek selamanya brengsek, kamu
jangan pernah muncul lagi dihadapan aku dan anak-anak ini brengsek!” sambungku.
“Terserah
lo, tapi liat lo bakal nyesel karena udah ngomong itu!”***
Sudah 2
minggu sekolah ku sepi dari teriakan fans-fans cewek nya Owen. Mereka juga
bertanya-tanya kenapa Owen tidak muncul lagi. Aku sebenarnya heran juga sih,
kenapa Owen tidak masuk sekolah. Bahkan jauh dilubuk hatiku, aku sangat
merindukan Owen, terutama saat Owen memandangku waktu di halaman belakang
panti. Apa Owen marah denganku? Aku harus kerumahnya dan minta maaf, aku
benar-benar emosi waktu itu. Aku tambah merasa bersalah saat tau cerita
sesungguhnya. Owen yang sudah menolong aku dan Vito, Owen juga yang mengobatiku
dan memberikan pertolongan pertama ke Vito. Aku benar-benar merasa bersalah.
Apa aku harus kerumahnya?***
Sampai
dirumah Owen aku disambut pembantunya.
“Maaf
Non, ibu bapak sedang pergi, dan den Owennya juga dari 2 minggu yang lalu tidak
pulang, nggak tau kemana,” aku lemas. Kemana Owen? Jangan-jangan dia bunuh
diri?
Aku
memutuskan kembali kerumah, huh! Tiba ditepi jalan andalas orang-orang ramai
berkerumunan di dkat taman, seperti ada Bazaar. Aku turun dari motorku,
penasaran ada apa sih?.
“Ada
acara amal gitu, yang stand itu periksa mata gratis, itu sembako gratis, itu
sekolah untuk anak-anak miskin, dan yang terakhir itu para orang tua miskin
dikasih dana untuk membangun usaha. Ya sekitar 5 jutaan perorang kalau nggak
salah. Tau nggak juga, katanya acara ini didanai seorang anak kelas 2 SMA loh,
ah pastinya anak itu kaya sekali ya,anaknya yang jaga stand sembako itu,
orangnya ramah, ganteng pula. trus katanya dia juga menyumbang 10 juta ke
sebuah panti. Aduh baik bangetkan ya, jarang loh anak muda yang kayak gitu,
anak muda sekarang kebanyakan ngabisin uang orang tua untuk pacaran,” aku
menguping pembicaraan ibu-ibu yang berdiri disebelahku.
“Maaf
mbak, mau sembako gratis ya?” seseorang
bebicara dibelakangku, aku menoleh. Terlihat dimataku wajah Owen tersenyum
tulus kepada ku.
“Owen!!”
aku berseru senang dan memeluknya erat.
“Aku kira
kamu marah dan mau bunuh diri, aku cemas tau!”
“Hahaha
mau bunuh diri? Ada ada aja, makanya jangan kebanyakan nonton sinetron. Aku
minta maaf kalau udah bikin kamu cemas, sayang,” aku tersentak dan menatap
matanya aneh.
“Kenapa?
Udah ngaku aja kamu galau kan karna aku nggak sekolah 2 minggu, hahaha,”
“Uh
sembarangan! Siapa yang galau, ngapain galau karena orang jahat kayak kamu,”
“Aku
jahat? Kan aku udah jadi orang baik, dan semuanya ini karena kamu, kamu yang
sudah menyadarkan aku, kamu yang jadi tunanganku, kamu yang sudah memaki-maki
aku, kamu yang pertama kali buat aku malu didepan umum..”
“Kamu
yang paling jahat karena sudah berani mencuri hatiku, yang bikin aku kayak
orang gila,”
“ Wah
berarti, Mauna udah bener-bener jatuh cinta ya sama aku,”
“Siapa
bilang aku cinta sama kamu, aku kayak orang gila tau gara-gara ditanya-tanyain
tentang hubungan kita yang tunangan, gara-gara temen semejaku yang ember,
keceplosan bilang kalau aku tunangan kamu didepan kelas. Trus aku juga hampir
dikeroyok untungnya bel waktu itu bunyi, fans-fans fanatik kamu tuh ya, nggak
suka kalo idolanya punya pasangan. Aneh.”
“O gitu,”
“Cuma
gitu komentarnya, oke deh aku pulang ya, bye,”
“Iya
pulang sana cepetan, sayang,” aku hanya tersenyum mendengarnya.
***
Jam
menunjuk pukul 07.15, kelasku masih sepi. Tiba-tiba masuk serombongan
cewek-cewek fansnya Owen.
“Heh
kemaren emang nggak jadi, tapi sekarang , kita semua nggak akan nunda-nunda
lagi,”
“Kalian
mau apa??” Tanyaku ketakutan.
“Kita mau
lo mati, atau paling nggak lo pindah sekolah dan lupain Owen, kita nggak mau
Owen punya tunangan atupun pacar, apalagi sama cewek yang nggak populer kayak
lo,” tukas seorang cewek kakak kelas ku
yang rambutnya sebahu.
“Kalian
siapa? Berani banget ngatur-ngatur hidup gue?” tiba-tiba Owen muncul dihadapan
mereka semua, Owen merangkul pundakku.
“ Dia
pacar gue, dan nggak ada yang bisa ngatur hidup gue, kalau kalian ngefans sama
gue, silahkan tapi jangan pernah ngehalangi pilihan gue ngerti?sekarang
mendingan kalian pergi dan jangan ganggu cewek gue lagi, ”***
Malam ini
pertemuan keluarga kesekian kalinya dirumahku. Kali ini aku dan Owen kembali
mengasingkan diri dari para orang tua, kami berdiri di teras atas, sambil
memandang bintang.
“Mauna,
aku suka kamu, kamu tu seperti bulan, dari jauh indah, dari dekat jelek,”
“Owen,
kok malah ngejek sih, “
“Oke oke,
Mauna kamu seperti kertas, mudah dirobek,”
“Ah nggak
cocok , aku kan galak,”
“Okey!
MAUNA KAMU ADALAH TULANG RUSUKKU, DAN TANPA TULANG RUSUK AKU TAK BERDAYA
DAN TANPA KAMU AKU MATI, MAUNA AKU CINTA
KAMU, MAUKAH KAMU JADI JODOHKU??”
“OWEN,
JANGAN TERIAK-TERIAK KUPING AKU SAKIT DENGERNYA, IYA AKU MAU JADI JODOH KAMU TAPI
AKU AKAN NINGGALIN KAMU KALAU KAMU TERUS NGOMONG PAKAI TERIAK-TERIAK KAYAK
GINI,!!!” aku hanya bisa memegang tenggorokanku yang sakit karena berteriak.
“CIE!!!”
sebuah teriakan ledekan membuat kami menoleh. Ternyata didepan pintu sudah ada
fans-fansnya Owen, dan cowok-cowok yang memintaku membalas dendam kemaren.
“Kalian
semua ngapain disini, ganggu orang lagi asik aja, pergi,pergi sana,” usir Owen
pada mereka.
“Iya
deh,” sahut mereka bersamaan.
“Kok
mereka bisa kesini sih,”
“Hari ini
ada kejutan buat kamu, ayo ikut aku.”
Owen
mengajak keruang tengah, aku terkejut, disana ada anak-anak panti, ada mereka
tadi, ada mama papa kami berdua, dan ada kue ulang tahun, aku baru ingat aku
ulang tahun hari ini, serentak mereka bernyanyi lagu selamat ulang tahun, aku
terharu dan menangis, Owen mengusap air mataku, lalu memutar kaset, kami
berkarokean ramai-ramai, duh aku bahagia sekali. Terima kasih untuk kalian
semua, aku sayang kalian.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar