Senin, 25 Mei 2015

Keenand



Pilih Fans atau pacar Keenand?
Egois. Itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Ken. Dia tidak pernah menjadi pacar yang sesuai dengan impianku selama ini. Pacar impianku adalah cowok yang perhatian, pengertian, meskipun tidak bisa berbuat apapun setidaknya dia mendengarkan saat aku bebicara. Tapi Ken.. aku mengerti Ken terlalu sibuk dengan teman-teman bandnya. Tapi sedikit saja beri waktu untuk aku. dan sebenarnya aku ingin bertanya pada Ken, urutan keberapa aku di hatinya? Urutan ke-sepuluhkah. Mungkin urutan pertama Band, kedua teman-teman, ketiga fans, keempat style, kelima handphone, keenam rumah, ketujuh keluarga, kedelapan sekolah, kesembilan twitter, kesepuluh aku. Ya aku yang terakhir. Atau bahkan aku tidak pernah masuk dalam ingatannya. Atau jangan-jangan dia sebenarnya tidak suka aku? padahal aku sudah menderita banyak karena dia. Aku jadi menyukainya, tapi harus diperlakukan seperti ini bukan itu saja, terkadang aku dilabrak habis-habisan dari fans-fans fanatiknya yang kebanyakan dari SMP! Mereka berani melabrak aku yang sudah kelas 2 SMA. Dan itu karena Ken.
Aku teringat saat Ken menembakku 6 bulan yang lalu. Aku dan Ken berbeda kelas, tapi kalau berpapasan dia sering memandangiku penuh arti.  Padahal kami tidak saling kenal.  Lama-lama dia mulai berani melemparkan senyum padaku aku hanya membalas senyumnya dengan senyum juga. jika jam istirahat, Ken paling suka ke perpustakaan sambil tiduran di meja dan mendengar music melalui headphone yang selalu bertengger dilehernya. Dan aku juga suka ke perpus tentu saja tujuannya berbeda dengan dia, di perpus aku membaca komik doraemon atau conan yang kubawa dari rumah. Kami sering bertemu di perpus, dan lagi-lagi dia hanya tersenyum. Ketika istirahat aku melewati kelasnya, tenyata genk nya pada berdiri di muka kelas. Padahal ia sedang berbicara dengan temannya tapi sempat-sempatnya menoleh dan memberiku senyum manisnya. Teman-temannya melihat itu dan mereka meledeki Ken dan aku. Aku segera berjalan cepat, agar bisa menyembunyikan wajahku yang memerah, meskipun aku tidak bercermin tapi aku tahu wajahku pasti semerah tomat matang saat ini.
Hari itu aku keperpustakaan seperti biasanya, aku segera duduk di bangku favoritku dekat jendela. Dari jendela aku bisa melihat Ken yang berlari masuk ke perpus seperti di kejar setan.aku tak mempedulikannya dan melanjutkan membaca komik conan. Ceritanya sangat seru dan benar-benar menegangkan.
“Serius banget baca komiknya..” ujar seseorang di belakangku. Aku terkejut sekali sehingga komik yang kubaca jatuh kebawah meja. Aku menunduk untuk mengambil komik itu. Dari bawah meja aku melihat sepasang sepatu cowok. Aku kembali duduk dikursiku, dan ternyata yang berbicara tadi Ken. Ken duduk disampingku. Aku kembali membuka komikku. Ken menyodorkan tangannya ke aku, mengajak salaman.
“Kenalkan namaku Ken,” aku menoleh dan menyambut uluran tangannya,
“Karin..” aku tersenyum tipis. Aku kembali melanjutkan bacaanku.
“Wah kalau di singkat jadi double K dong! jangan-jangan kita jodoh..” ujarnya.
Jodoh? Aku menoleh ke arah Ken. Dia tersenyum jahil. Ken lalu mengambil ponselku yang tergeletak diatas meja.
“Hey, apa yang mau kamu lakukan dengan ponselku?” seruku. Ken tak mempedulikanku , dia terus mengetik di hp ku.
“Aku hanya memasukkan nomor ponselku di ponsel kamu, ini aku kembalikan..”
Ken menyodorkan ponselku, untuk mengembalikannya kepadaku. Aku menerima ponselku dengan wajah bingung. Ken beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkanku sendiri. Setelah dia pergi, kucari-cari diponselku nama Ken. Tidak ada. Mungkinkah dia berbohong? Ah ini nomor siapa, Keenanda Prasetyo, apa ini nama lengkap Ken?. Ya aku tidak mungkin akan menghubungi orang tidak kukenal, kalau memang Ken untunglah, kalau bukan dia? Bisa berabe urusannya
***.
Pukul 03.00
Aku sedang tidur siang dengan nyenyak, tapi segera terbangun mendengar suara yang tidak  enak di telingaku. Suara peluit. Apa ada pertandingan sepak bola dikamarku?
“Hey Girls, kamu sudah tidur selama 2 jam, tidak baik jika terlalu banyak tidur, apa cita-cita kamu jadi artis seperti Hurt patern?”
Hurt patern adalah artis Amerika yang terkenal karena obesitasnya. Tapi yang aneh kenapa dia bisa jadi artis. Aku menutup telingaku dengan bantal. Tapi lagi-lagi orang itu meniup peluitnya keras-keras sehingga bunyi nyaringnya membuat orang tidak bisa tidur.
“Oke Mama, aku akan bangun!” teriakku. Mamaku tersenyum sok imut. Bagiku Mama adalah mama termodis seRT o2. Saat ini saja dia memakai baju kaos polos dan agak ketat dan celana jeans selutut, dengan bando pink melingkar di rambut potongan bobnya. Ya tidak aneh, karena mamaku pas sekali dengan dandanan seperti itu karena dia tidak gendut ataupun sedikit berlemak. Mama selalu menjaga bentuk tubuhnya dan akan sangat shock jika melihat lemak berlipat dipinggangnya. Mama juga sangat uptodate untuk urusan berita tentang selebritis yang ada di Indonesia sendiri ataupun di Mancanegara. Bahkan mama berlangganan majalah remaja yang seharusnya dibaca olehku. Dan pertanyaannya adalah kenapa Karin sangat berbeda dengan mamanya? Atau jangan-jangan Karin bukan anak kandung. Tidak! Tidak! Kak Jipyy  akan jadi saksi hidup kalau aku bukan anak angkat mama dan papa. Hehe. Kembali lagi kepertanyaan kenapa Karin sangat berbeda dengan mamanya? Karin suka makan tapi tidak gendut-gendut dan mama juga sangat tidak suka dengan hobi makan Karin. Mama suka membaca novel-novel remaja yang mendayu-dayu dan penuh dengan cinta-cintaan sementara Karin sukanya novel horror atau adventure. Entahlah, tapi bagi Karin mamanya sangat Teenager. Mungkin karena masa remajanya kurang indah atau karena tidak pernah remaja. Hah? Masa’ sih?.
Okey akhirnya aku pun bangun dari tidurku dengan sangat terpaksa. Mama tersenyum senang dan segera meninggalkanku yang masih mengucek-ngucek mata. Aku kembali terkagetkan oleh suara ringtone hapeku yang sebenarnya unyu-unyu banget. Seperti ini bunyinya “Assalamualaikum wr.wb. yang saya hormati ibu bapak guru sekalian..” yang sebenarnya adalah rekaman suaraku sendiri saat tugas pidato pelajaran bahasa Indonesia. Tergesa-gesa kuangkat hapeku yang tidak pernah berbunyi dari 6 bulan yang lalu.
 “Halo? Ini Karina Kapoor, eh salah ini Karina Munif, siapa ya?”
“Ini Ken..”
“Ooooh Ken…eh.. Ken siapa ya?”
“Duh yang tadi diperpus, masa’ lupa?”
“Siapa sih? Ah salah sambung kali..” Tut..tut.. aku menekan tombol merah di hapeku. Orang nggak jelas, nggak usah diladenin, jangan-jangan nanti di hipnotis lagi. Aku teringat kasus hipnotis handphone yang sering muncul di tv. Ken. Kok kayaknya  familiar ya. Kulihat lagi daftar panggilan masuk di hapeku. Keenanda Prasetyo. Ken, yang tadi kenalan sama aku diperpus ya? aduuuh kenapa aku bisa lupa sih?? Yah dia pasti lagi nangis sambil berantakin meja belajarnya dikamar nih. Duh jadi ngerasa nggak enak. Apalagi kan Ken sering senyum-senyum gitu ke aku. Kutekan tombol hijau di hapeku pada nama Keenanda Prasetyo. Kutunggu beberapa saat, sebuah suara langsung terdengar.
“Halo?”
“Halo juga maaf ya Ken, aku lupa kalau kamu tadi masukin nomor hape kamu ke hape aku. maaf ya, aku takutnya kamu salah satu dari Ilusionist yang bisa menghipnotis orang dari hape trus ngambil uang ku deh. Nanti aku nggak bisa makan siomay yang sering lewat didepan rumahku deh, trus mamang siomaynya nggak dapat uang deh, trus jadi miskin, trus nggak bisa jualan siomay lagi, padahal kayak lagu Vierra itu lo judulnya Hidup dan matiku. Kayak gini lagunya ‘ Kau hidup dan matiku.. Siomay’, trus nanti aku malah disuruh jadi penyanyi kan cita-citaku bukan jadi penyanyi tapi jadi artis aja..” jelasku panjang lebar ke Ken. Di seberang sana aku mendengar suara cowok tertawa. Bukan satu tapi banyak.
“Karin maaf ya, tadi aku nggak sengaja loudspeaker hapenya, jadi semua temen aku denger yang kamu omongin dan mereka ketawa deh..” kata Ken di sela tawanya.
“Oh, nggak papa kok, ketawa aja, nggak ada larangan buat ketawa kok, tapi mereka ngetawain apa sih??” Gubrak!!.
***
Ken selalu tersenyum jika telponan dengan Karin ataupun bicara langsung sama Karin ketika ketemu di perpus, atau ketemu di pasar dan tempat-tempat umum lainnya, kecuali di RSJ. Karin yang ceria membuat hidup Ken jadi lebih berwarna. Indah. Semakin kuatlah keinginan Ken untuk menjadikan Karin pacarnya. Dan itu berujung pada hari ini. Waktu jam istirahat, Ken keperpus untuk mencari Karin. Tapi ternyata Karin tidak ada di Perpus. Tiba-tiba sms Hakim, teman bandnya masuk dan bilang kalau Karin lagi di kelas sendirian. Ken pun segera berlari kecil menuju kelas Karin. Ketika sampai dikelas Karin, Ken melihat Karin sedang menyalin catatan di papan tulis. Ken mendekat ke bangku Karin.
“Karin aku mau bicara sesuatu..” kata Ken agak gugup. Karin menoleh kearah Ken dan dia tersenyum.
“Karin, sudah lama aku menunggu kesempatan ini, dan aku kira ini waktu yang sangat pas karena kamu lagi sendirian, maksud aku berdua dengan aku, aku tidak peduli apapun jawaban kamu yang penting aku sudah mengatakannya sama kamu dan aku lega sekali. Karin, aku ngerasa kamu lah orang yang pas untuk aku. aku ngerasa nyaman kalau didekat kamu, aku ngerasa klik kalau ngobrol sama kamu. Dan aku tidak ingin hanya jadi sekedar teman kamu. Karin maukah kamu jadi pacar aku?” ujar Ken sambil ngos-ngosan karena selama berbicara ia menahan nafas. Karin bengong dan segera mengambil sesuatu dari telinganya.
“Ehm Maaf, Ken ngomong apa barusan, Karin nggak denger soalnya pakai handset..” Ken terperangah. Setelah dengan susah payah dia mengumpulkan keberanian untuk bicara, tapi malah Karinnya yang tidak mendengar. Kawan-kawannya yang mengintip dari jendela terlihat bingung melihat eksperesi wajah Ken yang abu-abu antara senang dicampur sedih, dicampur galau, jadinya es cincau.
“Oh nggak kok, lain kali aja..” kata Ken kecewa. Ia beranjak meninggalkan bangku Karin menuju keluar kelas. Karin garuk-garuk kepala dan memakai handsetnya lagi serta meneruskan menyalin catatan.
***
Ken mengangguk. Ia mengerti, mungkin sekolah bukan tempat yang tepat.bagaimana kalau pulang dari sekolah? Ken mengangguk lagi. Ia membenarkan dalam hati. Okay, tunggu saja pulang sekolah nanti.
***
Pulang sekolah 12.30 WIB.
Ketika melihat Karin, Ken langsung menghampirinya.
“Karin, pulang bareng aku ya..” kata Ken sambil menarik tangan Karin.
“T..Tapi Ken..”
“Udah, nggak usah malu-malu.. nggak papa kok..” Ken mempersilahkan Karin untuk naik motornya. Karin sedikit ragu, tapi akhirnya dia naik juga.
Ketika dalam perjalanan Ken merasa Karin tidak tenang. Ken berfikir Karin mengetahui rencananya. Ken memberhentikan motornya didepan sebuah kafe. Cepat-cepat Karin turun dan menerobos masuk. Padahal Ken masih di depan pintu. Karin bertanya sesuatu pada pelayan dan segera mengikuti arah tangan pelayan. Ken melihat dengan aneh. Setelah beberapa menit, Karin muncul dan berjalan kea rah Ken sambil senyum-senyum. Ken sebenarnya merasa sedikit BT, tapi ia ingat misinya kali ini harus membuahkan hasil.
“Duh, Ken maaf ya sebenarnya dari sekolah aku udah kebelet pipis, tapi kamu tadi narik-narik aku sih, jadinya nggak bisa ke toilet deh, eh sampai kafe nggak tahan lagi, jadi langsung ku terobos deh..” ujar Karin polos. Ken tersenyum.
“Maaf ya Karin, aku nggak tau..”
“Eh bukan salah kamu kok..” kata Karin cepat.
“Karin, aku sebenarnya mau ngomong sesuatu yang penting..”
“Karin, sebenarnya aku ..” Ken menarik nafas sejenak. Karin menatap ken penasaran.
“Aku suka sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacar aku?” Ken berkata dengan lancar, ia pun senang. Karin menatap setengah melotot.
“Kalau kamu nggak bisa jawab sekarang, nggak papa kok, kapan-kapan juga bisa..”
“Ah kayak tukang kredit aja, bayarnya kapan-kapan..” kata Karin bercanda. Tapi wajahnya berubah serius lagi.
“Aku mau kok jadi pacar kamu..” hampir tak percaya Ken mendengarnya. Ia tak percaya kata-kata itu diucapkan oleh Karin.
“Serius? Nggak bohong kan?” tanya Ken memastikan. Karin menggeleng. Ken mencoba untuk mengetes Karin. Dia mengangkat jari telunjuknya kedepan Karin.
“Ini berapa?” tanya Ken dengan was-was.
“Ken, kamu kira aku gila ya? kamu tega banget sihhh..” kata Karin, ia memukul pundak Ken. ken tertawa senang karena berhasil menjahili Karin.
***
“Hai semua, annyeong haseyo?” sapaku pada teman-teman Ken yang lagi ngumpul.
“Ah lo Rin sok-sok Korea..” seru Revan.
“Gue sok  Korea? Kapan? Ah gue tau lo cuma mau bilang kalau gue tu mirip orang korea .secara nggak langsung ya? ah Revan, lo tu too  twiit banget sih?”  kataku sambil menatap Revan. Ken melihatnya dan cowok itu berdehem keras-keras. Aku dan Revan cekikikan melihat Ken yang manyun.
Kring!
Hape Ken berdendang. Ken segera mengangkatnya.
“Halo..” ujar Ken. pada hape. Dia terlihat mendengarkan sesuatu dengan serius. Lalu kemudian menutup telpon.
“Tebak gue di telpon siapa?”
“Males, biasanya juga emak lo yang nelpon..” kata Revan malas.
“Siapa Ken? Tukang nagih utang ya?” tanyaku.
“Bukan dong sayang..” kata Ken lembut.
“Gue ditelpon sama produser yang nawarin kita untuk kirim CD lagu kita, kalau kita mau diorbitin sama dia..”
“Ooh..” kataku mengangguk. Kawan-kawannya berpandangan satu sama lain. Dan kemudian bersorak. Riuh sekali di ruangan ini.
“Stop! Stop! Aku mau pulang dulu..” seruku menghentikan keriuhan mereka.
“Aku antar ya?” Ken menawarkan bantuannya.
“Ya iyalah, emangnya aku mau pulang pakai apa? Masa’ jalan kaki. kalau pulang sendirian nanti aku diculik orang jahat trus di mutilasi,gimana?”
Ken tersenyum dan menarik tanganku untuk segera meninggalkan ruangan itu. Kami sampai dirumahku. Aku mengucapkan terima kasih padanya.
“Sama-sama..” ujar Ken, ia mengelus kepalaku sebelum pergi lagi. Aku tersenyum senang. Aku melambaikan tangan padanya.
***
Aku memakan sebuah kue yang tidak dijual hanya untuk dicicipi pembeli. Aku menyodorkan kue itu ke mulut Ken. Ken menolak. Tapi ku paksa dia. Akhirnya dia makan juga. bahkan Ken mengambil kuenya lagi. Lagi dan lagi. Tingkahnya membuat penjual kue itu melirik tidak senang. Haha. Kami berjalan lagi. Tiba-tiba hape Ken berbunyi. Ken berbicara dengan orang yang menelponnya serius.
“Hm.. aku ada urusan mendadak tentang rekaman, aku harus pergi sekarang juga, kamu mau pulang sekarang atau nanti dulu?  Tidak papa kan kalau aku pergi..” kata Ken seperti terburu-buru.
“Nggak papa kok, aku bisa pulang sendiri..” Ken pun berlari meninggalkanku. aku menatapnya dari jauh. Aku tersenyum kecut.
***
Nomor yang anda tuju sedang sibuk  cobalah beberapa saat lagi. Hey, hape aku mau Ken yang ngomong bukan kamu!. Aku menggenggam hapeku erat. Mungkin Ken lagi sibuk, tapi apa dia tidak sempat untuk sekedar mengsms aku?. Pagi tadi aku melihat kemunculan perdana bandnya di sebuah acara musik. Aku senang sekali melihatnya. Dia kelihatan ganteng sekali. Tapi aku teringat, sudah seminggu ini kami tidak pernah jalan bareng lagi. Disekolah pun aku jarang bertemu Ken. au malas sekali menemuinya dikelasnya. Masa’ cewek yang datengin cowok sih?. Ken selalu sms sih, tapi hanya mengucapkan selamat tidur dan ketika aku balas sms nya lamaaa sekali baru dibalas. Ken juga kadang menelpon tapi hanya 5 menit setiap malam. Padahal biasanya sampai 3 jam. Seharusnya aku mengerti posisi Ken. Dia kan sekarang artis. Aku rindu dengan Ken.
“Mungkin dia kecantol cewek lain kali Rin..”celoteh Alma, kawan sebangkuku. Aku menatap Alma.
“Masa’ sih ma? Aku nggak terima. Aku nggak rela. Tapi kecantol itu apaan sih?”
Alma menepuk jidatnya pelan. Wajahnya berubah sedih.
“Tuhan kenapa kau ciptakan mahluk sebego Karin?” tanya Alma sambil menatap langit dan tangannya tengadah. Aku mengambil permen lollipop dari kantong rok ku.
“Sudah Alma jangan nangis lagi ya, kan udah dapat permen..” aku ketawa karena berhasil mengerjai Alma. Alma geram dan mencubit pipiku keras-keras. Aku berteriak kesakitan.
“Aduh ampun Alma, ampun!!”
***
Okey, aku memutuskan untuk tidak memikirkan Ken lagi, aku tidak boleh terlalu menghayati masalahku. Tapi tiba-tiba Ken menelpon. Ah senangnya aku, aku melompat-lompat kegirangan. Sampai lupa kalau Ken lama menunggu jawaban telponku. Aku segera memencet tombol hijau di hp ku.
“Halo.. Ken..”
“Hai Karin, aku ada waktu luang kita jalan yuk!”
Aku mengangguk seakan Ken ada dihadapanku dan lupa kalau Ken menelpon .
“Iya. Mau mau!” teriakku girang. Aku melompat lagi menuju lemari bajuku.
“Cepet ya sayang, aku sudah di depan nih..” kata Ken dan kemudian ia menutup telponnya. Hah? Di depan? Aku melongokkan kepalaku ke jendela. Terlihat sosok Ken berdiri mondar-mandir di teras depan rumahku.
“Ayo, pergi..”  ujarku menarik tangan Ken. tapi Ken tak bergeming. Dia hanya menatapku penuh arti. Ken mendekatkan wajahnya ke wajahku. Apa dia mau menciumku? Sepertinya ia karena dia tidak juga menjauhkan wajahnya tapi malah kian dekat. Aku memejamkan mataku. Dan..
Plak! Bibir ku dipukul sesuatu, aku meringis  kesakitan. Kubuka mataku. Hah di kamar? Aku melihat mama berdiri sambil bersedekap dan menahan tawanya. Ditangannya ada majalah remaja.
“Kan mama bilang jangan tidur siang-siang entar genduut, kamu susah banget sih dibilangin. Kamu pasti mimpi jorok ya, ngapain bibirnya dimonyong-monyongin gitu..”
Ah iya, aku baru ingat tadi kan aku ketiduran. Aku cengengesan. Mataku terpaku pada sampul depan majalah yang dibawa mama. The UPBeat. Itu kan nama bandnya Ken. Aku mengambil majalah dari tangan mama. Ku pelototi foto Ken yang ada di majalah itu. Ah Ken ganteng sekali disini. Aku bangga kok jadi pacar Ken, apalagi sekarang dia artis. Tapi apa yang bisa dibanggain ya? kalau dia nggak pernah yang namanya jalan bareng pacarnya lagi. Bahkan saking pengennya aku ketemu Ken dan jalan bareng lagi, aku sampai termimpi-mimpi. Aku mengembalikan majalah mama.
“Pinjem majalah cuma buat liat foto Ken? Kasian anak mama, mama ngerti kok kalian nggak pernah jalan lagi, tapi Karin  harus ngerti juga Ken kan baru aja jadi artis..” Mama duduk disampingku. Ia mengelus lembut rambutku. Aku menyandarkan kepalaku dibahu mama.
“Aku nggak mau Ken jadi artis ma. Aku pengen Ken tetap kayak dulu..”
“Karin sabar ya, ada saatnya indah dan ada saat yang nggak enak, sekarang Karin lagi ngerasain saat yang nggak enak, nanti semua pasti baik-baik aja..” aku sedikit lega mendengar penuturan mama.
“Gimana kalau sekarang kita jogging, abisnya Karin agak gendut tuh, makan terus sih..”
“Ah masa’ sih ma? Oke oke kita jogging..” 
***
“Jam 4 manggung di BBT, Jam 5 nya permotretan  buat majalah Semarak, jam 6 bersihkan diri dulu, jam 7 ke Floopy buka acara Meet and meal xxxxx..” suara managernya menghilang dari telinga Ken, karena Ken tiba-tiba terfikir Karin. Ken membuka ponselnya dan memencet sejumlah tombol untuk menghubungi Karin. Ken mendekatkan ponselnya ketelinga.
“Ken!! kamu mendengar saya bicara nggak?” teriak Managernya. Ken segera menutup handphonenya dan kembali mendengarkan ocehan sang Manager.
                                                               ***
Aku minum dari botol yang mama bawa dari rumah tadi. huh capek sekali. Mama yang mengajakku joging entah kemana perginya, setelah dia bertemu teman lamanya tadi. Mama pasti sedang asyik menggosip disuatu tempat. Segerombolan cewek-cewek mendekatiku. Sepertinya masih SMP. Mereka mengelilingiku dan menatap ku tajam.
“Ini bukannya pacar Keenand?” seru salah seorang dari mereka. Aku menatapi mereka dengan bingung. Mereka memelototi ku.
“Kalau dia ini pacar Keenand, berarti kita harus memberitahunya..” 
“Kalian mau apa? Aku memang pacar Ken, kenapa? “ tanyaku balik. Cewek-cewek itu terlihat marah, mungkin tidak menyangka aku bisa ngomong tegas seperti tadi.
“Kami minta kakak putus dengan Keenand, karena Keenand itu milik fansnya, yang boleh jadi pacarnya cuma fans Keenand, apa kakak mengerti?”aku menatap mereka sinis. mereka berani sekali berbicara seperti itu. Aku tersenyum.
“Terima kasih, mungkin suatu hari nanti kami akan putus, jangan khawatir..” kataku dengan suara bergetar.
“Kami maunya sekarang!! bukan suatu hari!!” bentak salah seorang dari mereka. oke, anak-anak ini tidak bisa diremehkan. Mereka fans fanatic. Susah untuk di kendalikan. Aku diam, dan menerobos mereka. Aku berjalan kearah rumahku dengan santai.
“Ini baru peringatan awal kak, kalau kakak belum memutuskan Keenand minggu ini, maka kami akan melakukan sesuatu yang lebih lagi..”
Aku berjalan gontai. Tak terasa air mataku menitik. Aku menangis, aku coba untuk menahan air mataku, tapi tak bisa, air mataku terus jatuh. Aku berhenti dan duduk di bangku taman. Aku menangis bukan karena takut ancaman anak-anak SMP tadi, tapi karena aku sekarang sadar Ken semakin jauh dariku. Sepertinya kata-kata anak-anak tadi benar, Ken sekarang punya fans, dan Ken sekarang milik fansnya. Aku bukan siapa-siapa. Bukan siapa-siapa.
***
Ken  aku senang sekarang kamu jadi artis. Aku ngerti kamu pasti sibuk sekali sekarang. aku juga ngerti sekarang kamu punya fans. Bukan hanya aku sekarang yang kamu punya, tapi fans juga. Kamu hebat Ken, aku bangga. Kita udah lama ya rasanya nggak jalan bareng lagi. Nggak terasa udah 6 bulan kita jadian. Dan sebenarnya tujuan aku ngirim surat ini untuk ngasih tau ke kamu. Habisnya kalau di hape entah kamu baca atau enggak aku nggak tau. Aku pengen ngasih tau ke kamu kalau aku pengen kita udahan aja ya. Aku pengen kamu focus ke karir kamu. Lagian kamu kan punya fans. Fans-fans kamu pengennya kamu jomblo Ken. Nggak usah pikirin aku, karena aku baik-baik aja. Aku Cuma nggak mau kamu ngerasa terikat sama aku. dan kalau kita udahan kan kamu bisa bebas tanpa harus mikirin aku. Aku tau lo, kamu pasti mikirin aku terus kan? Ayoo ngakuuu. Haha aku GR banget ya. Walaupun putus kita masih jadi temen kan? Ken, semangat! kamu harus kejar impian kamu yaitu buat go internasional. Aku masih ingatkan impian kamu. aku gitu lohh. Aku tau kamu baca surat ini pasti ngantuk banget ya udah aku udahin dulu suratnya. Bye Ken.

Karin
Air mata Ken menetes. Tapi cepat-cepat dihapusnya. Ia tak mau sampai ada orang yang melihatnya. Ken menjambak rambutnya sendiri. Ken berteriak kesal. Di remasnya surat dari Karin. Ken tak tahu harus berbuat apa. Ken putus asa. Hal yang serupa terjadi bermeter-meter jauhnya dari tempat Ken. Karin menangis sedih dikamarnya. Dipandanginya foto nya bersama Ken. Semua kilasan saat mereka bersama dulu berloncat-loncat dikepalanya. Tangan Karin bergetar. Perlahan di sobeknya foto itu menjadi dua bagian. Dan di buangnya ketong sampah. Karin mengambil lagi tissue bersih dari kotaknya. Di atas tempat tidurnya berhamburan tissue-tissue kotor bekas ingusnya. Karin menangis meraung-raung. Untungnya mamanya pergi. Dan Papanya di Korea untuk bisnis. Adiknya les.
Tralalalilulilalilu. Suara hape Karin berbunyi. Ken menelpon.
“Rin..” suara Ken terdengar lirih. Karin tidak tahan mendengarnya. Dia mematikan telponnya. Beberapa detik kemudian, handphone Karin berbunyi lagi. Karin mengangkat telpon dan segera berteriak.
“KEN JANGAN TELPON AKU LAGI, AKU LAGI SIBUK!!”
“Apaan sih Karin, ini mama.. kamu tolong susul mama di Mall indah cipularang ya, barang yang mama beli banyak banget nih nggak bisa dibawa satu motor nih, pakai motor yang satunya ya..”
Tuut..tuut..
Dengan cepat Mama Karin mematikan telponnya. Karin mendengus kesal. Apa mama nggak ngerti anaknya lagi galau ya? mana chemistry ibu untuk anaknya, masa’ ibu nggak tau apa yang lagi terjadi sama anaknya sih? Pikir Karin dalam hati.
Sampai diparkiran MIC Karin langsung bertemu mamanya yang membawa banyak barang.
“Duh Karin lama banget sih..”
“Sory ma, abisnya MIC kan jauh dari rumah..”
“Iya sih tapi mama udah ngitung kalau dari rumah ke MIC pakai motor cuma 20 menit, nah kamu udah 45 menit, mama hampir jadi keripik pisang gara-gara kamu tau..” Karin cuma nyengir-nyengir. Tiba-tiba dari dalam mall keluar segerombolan orang. Dibelakangnya banyak teriakan-teriakan berisik diikuti rombongan cewek-cewek yang membawa poster. Karin melihat kegerombolan orang-orang itu. Ternyata itu the UPBeat. Karin terpaku pada sosok Ken. Ken melihat kearah Karin. Mereka berpandangan beberapa saat seolah-lah ingin melepas kerinduan masing-masing. Karin tersenyum tipis pada Ken. Karin melihat rona sedih diwajah Ken.
“Maaf Ken..” gumam Karin pelan.
“Hey. Bengong deh. Cepetan angkat barangnya ke motor..” seru mama Karin membuyarkan lamunan Karin. Cepat-cepat Karin membawa kantong putih dan mengikatnya di belakang motornya.
***
      “Om, om memang manager The UPBeat, dan om yang ngatur jadwal manggung UPBeat, tapi om lupa satu hal, yang ngejalaninnya siapa? Kami om, cuma kami, dan om nggak. Om, selain manggung kita semua juga punya urusan lain om, om harusnya ngasih kita waktu luang bukannya malah manfaatin kepopuleran kita untuk nyari sebanyak-banyaknya uang. Om terima kasih udah mau ngurusin kita semua, tapi kalau Om terus maksain kita semua kayak gini, kita semua terutama saya dengan senang hati ngelepasin keartisan kita..”  Ujar Ken pada manager UPBeat, Om Gito. Om gito menarik nafas panjang. Ken segera keluar dari ruangan latihan mereka itu.
“Ken, tunggu semuanya bisa diomongin secara baik-baik..” seru Om Gito.
Sampai diparkiran Ken mengambil motornya. Dia menuju kerumah Karin. Mama Karin menyambut Ken dengan senang.
“Duh Ken, sejak jadi artis ini kali pertama lo kamu kesini. Ah kebetulan sekali, tante tu sebenarnya ngefans sama Ken, kita foto bareng ya..” Mama Karin segera mengambil handphonenya dan memasang gaya bersama Ken. Ken terpaksa menuruti keinginan Mama Karin.
“Oh, iya Ken duduk dulu dong, mau minum apa? Sebentar ya tante ambilin air minum..” Ken segera duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, mama Karin kembali dan membawa segelas juice orange.
“Diminum Ken, oh iya kenapa kamu sama Karin nggak pernah jalan bareng lagi. Apa kalian putus? Karin sempat cerita sih, katanya dia pengen Ken tetap kayak dulu. Ah itu kan seminggu yang lalu. Karin kayak nya kangen banget sama nak Ken. Emangnya di sekolah nggak pernah ketemu ya?Nggak sekelas ya? tapi setidaknya kan salah satu dari kalian ada yang mencari..”
Ken terdiam mendengar ocehan mama Karin. Dia memang sudah lama sekali tidak bertemu Karin. Tapi 3 hari yang lalu ketemu kok, yang waktu di mall itu.
“Ehm.. Tante Karinnya ada?”
“Oh nyari Karin ya? kirain sengaja nyari tante, Karin?” Mama Karin mencoba mengingat-ingat.
“Oh iya Karin tadi ke pasar sayur, tante suruh beli sayur d pasar tradisional, abisnya kalau di mall katanya banyak bahan pengawetnya, jadi tante suruh belanja dipasar deh, ya meskipun becek sedikit. Ah nggak papa lah Karin kan suka kotor-kotoran, kalau tante sih, ogah..”  Kata mama Karin panjang lebar. Mendengar itu, Ken langsung melompati sofa dan segera meninggalkan Mama Karin.
“Tante pergi dulu..” teriaknya setelah agak jauh. Mama Karin melihat Ken aneh seperti dirinya saat ketakutan kalau ketemu kecoak.
***
      Ken sampai di pasar yang ramai dan sempit.  Ken berfikir bagaimana caranya dia menemukan Karin tanpa harus berdesak-desakkan dan diketahui orang. Untung dia pakai helm. Ken mengambil handphonenya dan mencoba menelpon Karin. Dan langsung diangkat. Tapi Ken tidak mendengar suara Karin. Hanya suara berisik dan kasak kusuk.
“Halo?” terdengar suara Karin menyahutinya dari telpon.
“Rin, kamu dimana? Aku di depan pasar nih..”
“APA? NGGAK KEDENGERAN.. aduhh tuut..tuuut.tuut..” Telponnya mati.
***
“Cabe nya berapa sekilo bu? “
“20 ribu neng,”
“Ah mahal amat 10 ribu yah..”
“Iya deh beli berapa neng?”
“2 ons..” sang penjual langsung manyun, nawar mati-matian beli Cuma 2 ons. Aku cekikikan dalam hati.
“Beli wortelnya sekilo, bayam 2 ikat, tempe 5 bungkus, toge 3 ons, brokoli satu, kacang panjang 3 ikat, seledri 5 batang, daun bawang 2 ikat, mentimun 1 kilo, parenya 1 kilo, semuanya harus dipasin 30.00 ya bu..” kataku lagi.
“Mana bisa neng semuanya ini 46.000.”
“Mahal amat? Tapi ya iya deh..” aku terpaksa mengeluarkan dompetku untuk mengambil uang. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku pelan. ah biasanya tukang minta-minta nih.
“Maaf nggak ada uang kecil..” ujarku sambil terus menghitung uang untuk membayar belanjaan. Tapi orang itu terus menepuk pundakku. Dengan kesal aku berbalik menghadap orang itu.
“Saya udah bilang nggak ada uang kecil.. hah? Ken?” 
Ken memakai helm, dan menatapku sambil tersenyum. Aku mengambil belanjaan ku dan segera membayarnya. Penjual sayur memandangi Ken lama. Ken menawarkan untuk membawakan belanjaanku. Tentu saja kuiyakan.
“Kamu Keenand UPBeat ya?” seru ibu-ibu penjual sayur. dan sialnya semua orang di sayur itu mendengar seruan ibu penjual sayur. cepat-cepat Ken menutup kaca helm nya dan segera menarik tanganku. Berlari meninggalkan  tempat itu secepat mungkin. Orang-orang terlanjur mengetahui keberadaan Ken dan mereka berlari mengejar Kami. Aku dan Ken berbelok kearah sebuah lorong untuk mengecohkan mereka yang mengejar mereka.
“INI DIA MALINGNYA!!!” seru seorang bapak-bapak yang tidak jauh dari kami tangannya memegangi seorang cowok sebaya  Kami. Orang yang mengejar kami mendengar dan berlarian kesitu. Mereka mengelilingi orang yang diteriaki maling tadi.
“Jadi, bukan kita yang di kejar?” tanya Ken padaku. Aku mengangkat bahu tanda tak tahu. Tapi kemudian kami tertawa serempak, karena sadar ternyata kami terlampau GR.
“Masa’ kata Bu Lisa yang jual sayur itu, dia liat Keenand UPBeat disini, haha mana mungkin dong artis mau ke pasar kotor kayak gini ya nggak?” kata seorang ibu-ibu berkacamata pada temannya yang berjalan disampingnya. Temannya cuma mengangguk-angguk . Sst, mereka pasti menyesal kalau tau Keenand UPBeat ada di sebelah mereka barusan.
***
            “Ken..Hubungan kita nggak ada artinya dibanding kerja keras kalian selama ini. Kamu udah dapat apa yang kamu pengen, kenapa harus di lepasin lagi? Dan itu karena aku. Ken jangan khawatir sama aku, aku oke-oke aja kok kalau kita putus..”
            “Tapi rin.. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu..” kata Ken lebay.
            “Nggak usah alay deh..” aku mencubit pipi Ken. Ken meringis kesakitan.
“Oke, Kalau aku nggak mau putus dari kamu gimana?” tanya Ken. Aku garuk-garuk kepala.
“Ya udah, kalo nggak mau putus gigit aja permen karet..” seru ku jahil. Ken manyun.
“Aku akan tetap jadi pacar kamu walaupun kamu udah mutusin aku, lagian aku udah bilang kok ke manager aku supaya dia nggak madetin jadwal UpBeat, jadi kita punya waktu buat jalan bareng deh. Terus aku akan jemput kamu setiap UPBeat manggung, dan pas UPBeat latihan. Jadinya, aku capek, kamu juga capek deh. Oke! Aku sayang Karin..” Ken memelukku eraaaat sekali. Aku mendorong tubuh Ken supaya melepaskan pelukannya. Ken melihatku bingung.
“Kamu nggak sayang aku lagi ya? kenapa aku meluk kamu lepasin..”
“Maaf sayang, tapi kayaknya kita harus lari deh..” kataku sambil menunjuk sesuatu dibelakang Ken. seperti ada lomba lari mereka mendekati kami berdua sambil meneriaki nama Ken.
“Kabuuuuuurrr.. aaaaa.”
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Little Sistaa

My Little Sistaa
Her name is Nur Alvina Ilyas, born : Kuala Tungkal city, 7 November 2010 , 2:00 AM.