Pilih Fans atau pacar Keenand?
Egois. Itulah satu kata yang tepat untuk
menggambarkan sosok Ken. Dia tidak pernah menjadi pacar yang sesuai dengan
impianku selama ini. Pacar impianku adalah cowok yang perhatian, pengertian,
meskipun tidak bisa berbuat apapun setidaknya dia mendengarkan saat aku
bebicara. Tapi Ken.. aku mengerti Ken terlalu sibuk dengan teman-teman bandnya.
Tapi sedikit saja beri waktu untuk aku. dan sebenarnya aku ingin bertanya pada
Ken, urutan keberapa aku di hatinya? Urutan ke-sepuluhkah. Mungkin urutan
pertama Band, kedua teman-teman, ketiga fans, keempat style, kelima handphone,
keenam rumah, ketujuh keluarga, kedelapan sekolah, kesembilan twitter,
kesepuluh aku. Ya aku yang terakhir. Atau bahkan aku tidak pernah masuk dalam
ingatannya. Atau jangan-jangan dia sebenarnya tidak suka aku? padahal aku sudah
menderita banyak karena dia. Aku jadi menyukainya, tapi harus diperlakukan
seperti ini bukan itu saja, terkadang aku dilabrak habis-habisan dari fans-fans
fanatiknya yang kebanyakan dari SMP! Mereka berani melabrak aku yang sudah
kelas 2 SMA. Dan itu karena Ken.
Aku teringat saat Ken menembakku 6 bulan yang lalu.
Aku dan Ken berbeda kelas, tapi kalau berpapasan dia sering memandangiku penuh
arti. Padahal kami tidak saling
kenal. Lama-lama dia mulai berani
melemparkan senyum padaku aku hanya membalas senyumnya dengan senyum juga. jika
jam istirahat, Ken paling suka ke perpustakaan sambil tiduran di meja dan
mendengar music melalui headphone yang selalu bertengger dilehernya. Dan aku juga
suka ke perpus tentu saja tujuannya berbeda dengan dia, di perpus aku membaca
komik doraemon atau conan yang kubawa dari rumah. Kami sering bertemu di
perpus, dan lagi-lagi dia hanya tersenyum. Ketika istirahat aku melewati
kelasnya, tenyata genk nya pada berdiri di muka kelas. Padahal ia sedang
berbicara dengan temannya tapi sempat-sempatnya menoleh dan memberiku senyum
manisnya. Teman-temannya melihat itu dan mereka meledeki Ken dan aku. Aku
segera berjalan cepat, agar bisa menyembunyikan wajahku yang memerah, meskipun
aku tidak bercermin tapi aku tahu wajahku pasti semerah tomat matang saat ini.
Hari itu aku keperpustakaan seperti biasanya, aku
segera duduk di bangku favoritku dekat jendela. Dari jendela aku bisa melihat
Ken yang berlari masuk ke perpus seperti di kejar setan.aku tak mempedulikannya
dan melanjutkan membaca komik conan. Ceritanya sangat seru dan benar-benar
menegangkan.
“Serius banget baca komiknya..” ujar seseorang di
belakangku. Aku terkejut sekali sehingga komik yang kubaca jatuh kebawah meja.
Aku menunduk untuk mengambil komik itu. Dari bawah meja aku melihat sepasang
sepatu cowok. Aku kembali duduk dikursiku, dan ternyata yang berbicara tadi
Ken. Ken duduk disampingku. Aku kembali membuka komikku. Ken menyodorkan
tangannya ke aku, mengajak salaman.
“Kenalkan namaku Ken,” aku menoleh dan menyambut
uluran tangannya,
“Karin..” aku tersenyum tipis. Aku kembali
melanjutkan bacaanku.
“Wah kalau di singkat jadi double K dong!
jangan-jangan kita jodoh..” ujarnya.
Jodoh? Aku menoleh ke arah Ken. Dia tersenyum jahil.
Ken lalu mengambil ponselku yang tergeletak diatas meja.
“Hey, apa yang mau kamu lakukan dengan ponselku?”
seruku. Ken tak mempedulikanku , dia terus mengetik di hp ku.
“Aku hanya memasukkan nomor ponselku di ponsel kamu,
ini aku kembalikan..”
Ken menyodorkan ponselku, untuk mengembalikannya
kepadaku. Aku menerima ponselku dengan wajah bingung. Ken beranjak dari tempat
duduknya dan meninggalkanku sendiri. Setelah dia pergi, kucari-cari diponselku
nama Ken. Tidak ada. Mungkinkah dia berbohong? Ah ini nomor siapa, Keenanda
Prasetyo, apa ini nama lengkap Ken?. Ya aku tidak mungkin akan menghubungi
orang tidak kukenal, kalau memang Ken untunglah, kalau bukan dia? Bisa berabe
urusannya
***.
Pukul
03.00
Aku sedang tidur siang dengan nyenyak, tapi segera
terbangun mendengar suara yang tidak
enak di telingaku. Suara peluit. Apa ada pertandingan sepak bola
dikamarku?
“Hey Girls, kamu sudah tidur selama 2 jam, tidak
baik jika terlalu banyak tidur, apa cita-cita kamu jadi artis seperti Hurt
patern?”
Hurt patern adalah artis Amerika yang terkenal
karena obesitasnya. Tapi yang aneh kenapa dia bisa jadi artis. Aku menutup
telingaku dengan bantal. Tapi lagi-lagi orang itu meniup peluitnya keras-keras
sehingga bunyi nyaringnya membuat orang tidak bisa tidur.
“Oke Mama, aku akan bangun!” teriakku. Mamaku
tersenyum sok imut. Bagiku Mama adalah mama termodis seRT o2. Saat ini saja dia
memakai baju kaos polos dan agak ketat dan celana jeans selutut, dengan bando
pink melingkar di rambut potongan bobnya. Ya tidak aneh, karena mamaku pas
sekali dengan dandanan seperti itu karena dia tidak gendut ataupun sedikit
berlemak. Mama selalu menjaga bentuk tubuhnya dan akan sangat shock jika
melihat lemak berlipat dipinggangnya. Mama juga sangat uptodate untuk urusan
berita tentang selebritis yang ada di Indonesia sendiri ataupun di Mancanegara.
Bahkan mama berlangganan majalah remaja yang seharusnya dibaca olehku. Dan
pertanyaannya adalah kenapa Karin sangat berbeda dengan mamanya? Atau
jangan-jangan Karin bukan anak kandung. Tidak! Tidak! Kak Jipyy akan jadi saksi hidup kalau aku bukan anak
angkat mama dan papa. Hehe. Kembali lagi kepertanyaan kenapa Karin sangat
berbeda dengan mamanya? Karin suka makan tapi tidak gendut-gendut dan mama juga
sangat tidak suka dengan hobi makan Karin. Mama suka membaca novel-novel remaja
yang mendayu-dayu dan penuh dengan cinta-cintaan sementara Karin sukanya novel
horror atau adventure. Entahlah, tapi bagi Karin mamanya sangat Teenager.
Mungkin karena masa remajanya kurang indah atau karena tidak pernah remaja.
Hah? Masa’ sih?.
Okey akhirnya aku pun bangun dari tidurku dengan
sangat terpaksa. Mama tersenyum senang dan segera meninggalkanku yang masih
mengucek-ngucek mata. Aku kembali terkagetkan oleh suara ringtone hapeku yang
sebenarnya unyu-unyu banget. Seperti ini bunyinya “Assalamualaikum wr.wb. yang
saya hormati ibu bapak guru sekalian..” yang sebenarnya adalah rekaman suaraku
sendiri saat tugas pidato pelajaran bahasa Indonesia. Tergesa-gesa kuangkat
hapeku yang tidak pernah berbunyi dari 6 bulan yang lalu.
“Halo? Ini
Karina Kapoor, eh salah ini Karina Munif, siapa ya?”
“Ini Ken..”
“Ooooh Ken…eh.. Ken siapa ya?”
“Duh yang tadi diperpus, masa’ lupa?”
“Siapa sih? Ah salah sambung kali..” Tut..tut.. aku
menekan tombol merah di hapeku. Orang nggak jelas, nggak usah diladenin,
jangan-jangan nanti di hipnotis lagi. Aku teringat kasus hipnotis handphone
yang sering muncul di tv. Ken. Kok kayaknya familiar ya. Kulihat lagi daftar panggilan
masuk di hapeku. Keenanda Prasetyo. Ken, yang tadi kenalan sama aku diperpus
ya? aduuuh kenapa aku bisa lupa sih?? Yah dia pasti lagi nangis sambil
berantakin meja belajarnya dikamar nih. Duh jadi ngerasa nggak enak. Apalagi
kan Ken sering senyum-senyum gitu ke aku. Kutekan tombol hijau di hapeku pada
nama Keenanda Prasetyo. Kutunggu beberapa saat, sebuah suara langsung
terdengar.
“Halo?”
“Halo juga maaf ya Ken, aku lupa kalau kamu tadi
masukin nomor hape kamu ke hape aku. maaf ya, aku takutnya kamu salah satu dari
Ilusionist yang bisa menghipnotis orang dari hape trus ngambil uang ku deh.
Nanti aku nggak bisa makan siomay yang sering lewat didepan rumahku deh, trus
mamang siomaynya nggak dapat uang deh, trus jadi miskin, trus nggak bisa jualan
siomay lagi, padahal kayak lagu Vierra itu lo judulnya Hidup dan matiku. Kayak
gini lagunya ‘ Kau hidup dan matiku.. Siomay’, trus nanti aku malah disuruh
jadi penyanyi kan cita-citaku bukan jadi penyanyi tapi jadi artis aja..”
jelasku panjang lebar ke Ken. Di seberang sana aku mendengar suara cowok
tertawa. Bukan satu tapi banyak.
“Karin maaf ya, tadi aku nggak sengaja loudspeaker
hapenya, jadi semua temen aku denger yang kamu omongin dan mereka ketawa deh..”
kata Ken di sela tawanya.
“Oh, nggak papa kok, ketawa aja, nggak ada larangan
buat ketawa kok, tapi mereka ngetawain apa sih??” Gubrak!!.
***
Ken selalu tersenyum jika telponan dengan Karin
ataupun bicara langsung sama Karin ketika ketemu di perpus, atau ketemu di
pasar dan tempat-tempat umum lainnya, kecuali di RSJ. Karin yang ceria membuat
hidup Ken jadi lebih berwarna. Indah. Semakin kuatlah keinginan Ken untuk
menjadikan Karin pacarnya. Dan itu berujung pada hari ini. Waktu jam istirahat,
Ken keperpus untuk mencari Karin. Tapi ternyata Karin tidak ada di Perpus.
Tiba-tiba sms Hakim, teman bandnya masuk dan bilang kalau Karin lagi di kelas
sendirian. Ken pun segera berlari kecil menuju kelas Karin. Ketika sampai
dikelas Karin, Ken melihat Karin sedang menyalin catatan di papan tulis. Ken
mendekat ke bangku Karin.
“Karin aku mau bicara sesuatu..” kata Ken agak
gugup. Karin menoleh kearah Ken dan dia tersenyum.
“Karin, sudah lama aku menunggu kesempatan ini, dan
aku kira ini waktu yang sangat pas karena kamu lagi sendirian, maksud aku
berdua dengan aku, aku tidak peduli apapun jawaban kamu yang penting aku sudah
mengatakannya sama kamu dan aku lega sekali. Karin, aku ngerasa kamu lah orang
yang pas untuk aku. aku ngerasa nyaman kalau didekat kamu, aku ngerasa klik
kalau ngobrol sama kamu. Dan aku tidak ingin hanya jadi sekedar teman kamu.
Karin maukah kamu jadi pacar aku?” ujar Ken sambil ngos-ngosan karena selama
berbicara ia menahan nafas. Karin bengong dan segera mengambil sesuatu dari
telinganya.
“Ehm Maaf, Ken ngomong apa barusan, Karin nggak
denger soalnya pakai handset..” Ken terperangah. Setelah dengan susah payah dia
mengumpulkan keberanian untuk bicara, tapi malah Karinnya yang tidak mendengar.
Kawan-kawannya yang mengintip dari jendela terlihat bingung melihat eksperesi
wajah Ken yang abu-abu antara senang dicampur sedih, dicampur galau, jadinya es
cincau.
“Oh nggak kok, lain kali aja..” kata Ken kecewa. Ia
beranjak meninggalkan bangku Karin menuju keluar kelas. Karin garuk-garuk
kepala dan memakai handsetnya lagi serta meneruskan menyalin catatan.
***
Ken mengangguk. Ia mengerti, mungkin sekolah bukan
tempat yang tepat.bagaimana kalau pulang dari sekolah? Ken mengangguk lagi. Ia
membenarkan dalam hati. Okay, tunggu saja pulang sekolah nanti.
***
Pulang sekolah 12.30 WIB.
Ketika melihat Karin, Ken langsung menghampirinya.
“Karin, pulang bareng aku ya..” kata Ken sambil
menarik tangan Karin.
“T..Tapi Ken..”
“Udah, nggak usah malu-malu.. nggak papa kok..” Ken
mempersilahkan Karin untuk naik motornya. Karin sedikit ragu, tapi akhirnya dia
naik juga.
Ketika dalam perjalanan Ken merasa Karin tidak
tenang. Ken berfikir Karin mengetahui rencananya. Ken memberhentikan motornya
didepan sebuah kafe. Cepat-cepat Karin turun dan menerobos masuk. Padahal Ken
masih di depan pintu. Karin bertanya sesuatu pada pelayan dan segera mengikuti arah
tangan pelayan. Ken melihat dengan aneh. Setelah beberapa menit, Karin muncul
dan berjalan kea rah Ken sambil senyum-senyum. Ken sebenarnya merasa sedikit
BT, tapi ia ingat misinya kali ini harus membuahkan hasil.
“Duh, Ken maaf ya sebenarnya dari sekolah aku udah
kebelet pipis, tapi kamu tadi narik-narik aku sih, jadinya nggak bisa ke toilet
deh, eh sampai kafe nggak tahan lagi, jadi langsung ku terobos deh..” ujar
Karin polos. Ken tersenyum.
“Maaf ya Karin, aku nggak tau..”
“Eh bukan salah kamu kok..” kata Karin cepat.
“Karin, aku sebenarnya mau ngomong sesuatu yang
penting..”
“Karin, sebenarnya aku ..” Ken menarik nafas
sejenak. Karin menatap ken penasaran.
“Aku suka sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacar aku?”
Ken berkata dengan lancar, ia pun senang. Karin menatap setengah melotot.
“Kalau kamu nggak bisa jawab sekarang, nggak papa
kok, kapan-kapan juga bisa..”
“Ah kayak tukang kredit aja, bayarnya kapan-kapan..”
kata Karin bercanda. Tapi wajahnya berubah serius lagi.
“Aku mau kok jadi pacar kamu..” hampir tak percaya
Ken mendengarnya. Ia tak percaya kata-kata itu diucapkan oleh Karin.
“Serius? Nggak bohong kan?” tanya Ken memastikan.
Karin menggeleng. Ken mencoba untuk mengetes Karin. Dia mengangkat jari
telunjuknya kedepan Karin.
“Ini berapa?” tanya Ken dengan was-was.
“Ken, kamu kira aku gila ya? kamu tega banget
sihhh..” kata Karin, ia memukul pundak Ken. ken tertawa senang karena berhasil
menjahili Karin.
***
“Hai semua, annyeong haseyo?” sapaku pada
teman-teman Ken yang lagi ngumpul.
“Ah lo Rin sok-sok Korea..” seru Revan.
“Gue sok
Korea? Kapan? Ah gue tau lo cuma mau bilang kalau gue tu mirip orang
korea .secara nggak langsung ya? ah Revan, lo tu too twiit banget sih?” kataku sambil menatap Revan. Ken melihatnya
dan cowok itu berdehem keras-keras. Aku dan Revan cekikikan melihat Ken yang
manyun.
Kring!
Hape Ken berdendang. Ken segera mengangkatnya.
“Halo..” ujar Ken. pada hape. Dia terlihat
mendengarkan sesuatu dengan serius. Lalu kemudian menutup telpon.
“Tebak gue di telpon siapa?”
“Males, biasanya juga emak lo yang nelpon..” kata
Revan malas.
“Siapa Ken? Tukang nagih utang ya?” tanyaku.
“Bukan dong sayang..” kata Ken lembut.
“Gue ditelpon sama produser yang nawarin kita untuk
kirim CD lagu kita, kalau kita mau diorbitin sama dia..”
“Ooh..” kataku mengangguk. Kawan-kawannya
berpandangan satu sama lain. Dan kemudian bersorak. Riuh sekali di ruangan ini.
“Stop! Stop! Aku mau pulang dulu..” seruku
menghentikan keriuhan mereka.
“Aku antar ya?” Ken menawarkan bantuannya.
“Ya iyalah, emangnya aku mau pulang pakai apa? Masa’
jalan kaki. kalau pulang sendirian nanti aku diculik orang jahat trus di
mutilasi,gimana?”
Ken tersenyum dan menarik tanganku untuk segera
meninggalkan ruangan itu. Kami sampai dirumahku. Aku mengucapkan terima kasih
padanya.
“Sama-sama..” ujar Ken, ia mengelus kepalaku sebelum
pergi lagi. Aku tersenyum senang. Aku melambaikan tangan padanya.
***
Aku memakan sebuah kue yang tidak dijual hanya untuk
dicicipi pembeli. Aku menyodorkan kue itu ke mulut Ken. Ken menolak. Tapi ku
paksa dia. Akhirnya dia makan juga. bahkan Ken mengambil kuenya lagi. Lagi dan
lagi. Tingkahnya membuat penjual kue itu melirik tidak senang. Haha. Kami
berjalan lagi. Tiba-tiba hape Ken berbunyi. Ken berbicara dengan orang yang
menelponnya serius.
“Hm.. aku ada urusan mendadak tentang rekaman, aku
harus pergi sekarang juga, kamu mau pulang sekarang atau nanti dulu? Tidak papa kan kalau aku pergi..” kata Ken
seperti terburu-buru.
“Nggak papa kok, aku bisa pulang sendiri..” Ken pun
berlari meninggalkanku. aku menatapnya dari jauh. Aku tersenyum kecut.
***
Nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi. Hey, hape aku mau
Ken yang ngomong bukan kamu!. Aku menggenggam hapeku erat. Mungkin Ken lagi
sibuk, tapi apa dia tidak sempat untuk sekedar mengsms aku?. Pagi tadi aku
melihat kemunculan perdana bandnya di sebuah acara musik. Aku senang sekali
melihatnya. Dia kelihatan ganteng sekali. Tapi aku teringat, sudah seminggu ini
kami tidak pernah jalan bareng lagi. Disekolah pun aku jarang bertemu Ken. au malas
sekali menemuinya dikelasnya. Masa’ cewek yang datengin cowok sih?. Ken selalu
sms sih, tapi hanya mengucapkan selamat tidur dan ketika aku balas sms nya
lamaaa sekali baru dibalas. Ken juga kadang menelpon tapi hanya 5 menit setiap
malam. Padahal biasanya sampai 3 jam. Seharusnya aku mengerti posisi Ken. Dia
kan sekarang artis. Aku rindu dengan Ken.
“Mungkin dia kecantol cewek lain kali Rin..”celoteh
Alma, kawan sebangkuku. Aku menatap Alma.
“Masa’ sih ma? Aku nggak terima. Aku nggak rela.
Tapi kecantol itu apaan sih?”
Alma menepuk jidatnya pelan. Wajahnya berubah sedih.
“Tuhan kenapa kau ciptakan mahluk sebego Karin?”
tanya Alma sambil menatap langit dan tangannya tengadah. Aku mengambil permen
lollipop dari kantong rok ku.
“Sudah Alma jangan nangis lagi ya, kan udah dapat
permen..” aku ketawa karena berhasil mengerjai Alma. Alma geram dan mencubit
pipiku keras-keras. Aku berteriak kesakitan.
“Aduh ampun Alma, ampun!!”
***
Okey, aku memutuskan untuk tidak memikirkan Ken
lagi, aku tidak boleh terlalu menghayati masalahku. Tapi tiba-tiba Ken
menelpon. Ah senangnya aku, aku melompat-lompat kegirangan. Sampai lupa kalau
Ken lama menunggu jawaban telponku. Aku segera memencet tombol hijau di hp ku.
“Halo.. Ken..”
“Hai Karin, aku ada waktu luang kita jalan yuk!”
Aku mengangguk seakan Ken ada dihadapanku dan lupa
kalau Ken menelpon .
“Iya. Mau mau!” teriakku girang. Aku melompat lagi
menuju lemari bajuku.
“Cepet ya sayang, aku sudah di depan nih..” kata Ken
dan kemudian ia menutup telponnya. Hah? Di depan? Aku melongokkan kepalaku ke jendela.
Terlihat sosok Ken berdiri mondar-mandir di teras depan rumahku.
“Ayo, pergi..”
ujarku menarik tangan Ken. tapi Ken tak bergeming. Dia hanya menatapku
penuh arti. Ken mendekatkan wajahnya ke wajahku. Apa dia mau menciumku?
Sepertinya ia karena dia tidak juga menjauhkan wajahnya tapi malah kian dekat.
Aku memejamkan mataku. Dan..
Plak! Bibir ku dipukul sesuatu, aku meringis kesakitan. Kubuka mataku. Hah di kamar? Aku
melihat mama berdiri sambil bersedekap dan menahan tawanya. Ditangannya ada
majalah remaja.
“Kan mama bilang jangan tidur siang-siang entar
genduut, kamu susah banget sih dibilangin. Kamu pasti mimpi jorok ya, ngapain
bibirnya dimonyong-monyongin gitu..”
Ah iya, aku baru ingat tadi kan aku ketiduran. Aku
cengengesan. Mataku terpaku pada sampul depan majalah yang dibawa mama. The
UPBeat. Itu kan nama bandnya Ken. Aku mengambil majalah dari tangan mama. Ku
pelototi foto Ken yang ada di majalah itu. Ah Ken ganteng sekali disini. Aku
bangga kok jadi pacar Ken, apalagi sekarang dia artis. Tapi apa yang bisa
dibanggain ya? kalau dia nggak pernah yang namanya jalan bareng pacarnya lagi.
Bahkan saking pengennya aku ketemu Ken dan jalan bareng lagi, aku sampai
termimpi-mimpi. Aku mengembalikan majalah mama.
“Pinjem majalah cuma buat liat foto Ken? Kasian anak
mama, mama ngerti kok kalian nggak pernah jalan lagi, tapi Karin harus ngerti juga Ken kan baru aja jadi
artis..” Mama duduk disampingku. Ia mengelus lembut rambutku. Aku menyandarkan
kepalaku dibahu mama.
“Aku nggak mau Ken jadi artis ma. Aku pengen Ken
tetap kayak dulu..”
“Karin sabar ya, ada saatnya indah dan ada saat yang
nggak enak, sekarang Karin lagi ngerasain saat yang nggak enak, nanti semua
pasti baik-baik aja..” aku sedikit lega mendengar penuturan mama.
“Gimana kalau sekarang kita jogging, abisnya Karin
agak gendut tuh, makan terus sih..”
“Ah masa’ sih ma? Oke oke kita jogging..”
***
“Jam 4 manggung di BBT, Jam 5 nya permotretan buat majalah Semarak, jam 6 bersihkan diri
dulu, jam 7 ke Floopy buka acara Meet and meal xxxxx..” suara managernya
menghilang dari telinga Ken, karena Ken tiba-tiba terfikir Karin. Ken membuka
ponselnya dan memencet sejumlah tombol untuk menghubungi Karin. Ken mendekatkan
ponselnya ketelinga.
“Ken!! kamu mendengar saya bicara nggak?” teriak
Managernya. Ken segera menutup handphonenya dan kembali mendengarkan ocehan
sang Manager.
***
Aku minum dari botol yang mama bawa dari rumah tadi.
huh capek sekali. Mama yang mengajakku joging entah kemana perginya, setelah
dia bertemu teman lamanya tadi. Mama pasti sedang asyik menggosip disuatu
tempat. Segerombolan cewek-cewek mendekatiku. Sepertinya masih SMP. Mereka
mengelilingiku dan menatap ku tajam.
“Ini bukannya pacar Keenand?” seru salah seorang
dari mereka. Aku menatapi mereka dengan bingung. Mereka memelototi ku.
“Kalau dia ini pacar Keenand, berarti kita harus
memberitahunya..”
“Kalian mau apa? Aku memang pacar Ken, kenapa? “
tanyaku balik. Cewek-cewek itu terlihat marah, mungkin tidak menyangka aku bisa
ngomong tegas seperti tadi.
“Kami minta kakak putus dengan Keenand, karena
Keenand itu milik fansnya, yang boleh jadi pacarnya cuma fans Keenand, apa
kakak mengerti?”aku menatap mereka sinis. mereka berani sekali berbicara
seperti itu. Aku tersenyum.
“Terima kasih, mungkin suatu hari nanti kami akan
putus, jangan khawatir..” kataku dengan suara bergetar.
“Kami maunya sekarang!! bukan suatu hari!!” bentak
salah seorang dari mereka. oke, anak-anak ini tidak bisa diremehkan. Mereka
fans fanatic. Susah untuk di kendalikan. Aku diam, dan menerobos mereka. Aku
berjalan kearah rumahku dengan santai.
“Ini baru peringatan awal kak, kalau kakak belum
memutuskan Keenand minggu ini, maka kami akan melakukan sesuatu yang lebih
lagi..”
Aku berjalan gontai. Tak terasa air mataku menitik.
Aku menangis, aku coba untuk menahan air mataku, tapi tak bisa, air mataku
terus jatuh. Aku berhenti dan duduk di bangku taman. Aku menangis bukan karena
takut ancaman anak-anak SMP tadi, tapi karena aku sekarang sadar Ken semakin
jauh dariku. Sepertinya kata-kata anak-anak tadi benar, Ken sekarang punya
fans, dan Ken sekarang milik fansnya. Aku bukan siapa-siapa. Bukan siapa-siapa.
***
Ken aku
senang sekarang kamu jadi artis. Aku ngerti kamu pasti sibuk sekali sekarang.
aku juga ngerti sekarang kamu punya fans. Bukan hanya aku sekarang yang kamu
punya, tapi fans juga. Kamu hebat Ken, aku bangga. Kita udah lama ya rasanya
nggak jalan bareng lagi. Nggak terasa udah 6 bulan kita jadian. Dan sebenarnya
tujuan aku ngirim surat ini untuk ngasih tau ke kamu. Habisnya kalau di hape
entah kamu baca atau enggak aku nggak tau. Aku pengen ngasih tau ke kamu kalau aku
pengen kita udahan aja ya. Aku pengen kamu focus ke karir kamu. Lagian kamu kan
punya fans. Fans-fans kamu pengennya kamu jomblo Ken. Nggak usah pikirin aku,
karena aku baik-baik aja. Aku Cuma nggak mau kamu ngerasa terikat sama aku. dan
kalau kita udahan kan kamu bisa bebas tanpa harus mikirin aku. Aku tau lo, kamu
pasti mikirin aku terus kan? Ayoo ngakuuu. Haha aku GR banget ya. Walaupun
putus kita masih jadi temen kan? Ken, semangat! kamu harus kejar impian kamu
yaitu buat go internasional. Aku masih ingatkan impian kamu. aku gitu lohh. Aku
tau kamu baca surat ini pasti ngantuk banget ya udah aku udahin dulu suratnya.
Bye Ken.
Karin
Air mata Ken menetes. Tapi cepat-cepat dihapusnya.
Ia tak mau sampai ada orang yang melihatnya. Ken menjambak rambutnya sendiri.
Ken berteriak kesal. Di remasnya surat dari Karin. Ken tak tahu harus berbuat
apa. Ken putus asa. Hal yang serupa terjadi bermeter-meter jauhnya dari tempat
Ken. Karin menangis sedih dikamarnya. Dipandanginya foto nya bersama Ken. Semua
kilasan saat mereka bersama dulu berloncat-loncat dikepalanya. Tangan Karin
bergetar. Perlahan di sobeknya foto itu menjadi dua bagian. Dan di buangnya
ketong sampah. Karin mengambil lagi tissue bersih dari kotaknya. Di atas tempat
tidurnya berhamburan tissue-tissue kotor bekas ingusnya. Karin menangis
meraung-raung. Untungnya mamanya pergi. Dan Papanya di Korea untuk bisnis.
Adiknya les.
Tralalalilulilalilu. Suara hape Karin berbunyi. Ken
menelpon.
“Rin..” suara Ken terdengar lirih. Karin tidak tahan
mendengarnya. Dia mematikan telponnya. Beberapa detik kemudian, handphone Karin
berbunyi lagi. Karin mengangkat telpon dan segera berteriak.
“KEN JANGAN TELPON AKU LAGI, AKU LAGI SIBUK!!”
“Apaan sih Karin, ini mama.. kamu tolong susul mama
di Mall indah cipularang ya, barang yang mama beli banyak banget nih nggak bisa
dibawa satu motor nih, pakai motor yang satunya ya..”
Tuut..tuut..
Dengan cepat Mama Karin mematikan telponnya. Karin
mendengus kesal. Apa mama nggak ngerti anaknya lagi galau ya? mana chemistry
ibu untuk anaknya, masa’ ibu nggak tau apa yang lagi terjadi sama anaknya sih?
Pikir Karin dalam hati.
Sampai diparkiran MIC Karin langsung bertemu mamanya
yang membawa banyak barang.
“Duh Karin lama banget sih..”
“Sory ma, abisnya MIC kan jauh dari rumah..”
“Iya sih tapi mama udah ngitung kalau dari rumah ke
MIC pakai motor cuma 20 menit, nah kamu udah 45 menit, mama hampir jadi keripik
pisang gara-gara kamu tau..” Karin cuma nyengir-nyengir. Tiba-tiba dari dalam
mall keluar segerombolan orang. Dibelakangnya banyak teriakan-teriakan berisik
diikuti rombongan cewek-cewek yang membawa poster. Karin melihat kegerombolan
orang-orang itu. Ternyata itu the UPBeat. Karin terpaku pada sosok Ken. Ken
melihat kearah Karin. Mereka berpandangan beberapa saat seolah-lah ingin
melepas kerinduan masing-masing. Karin tersenyum tipis pada Ken. Karin melihat
rona sedih diwajah Ken.
“Maaf Ken..” gumam Karin pelan.
“Hey. Bengong deh. Cepetan angkat barangnya ke
motor..” seru mama Karin membuyarkan lamunan Karin. Cepat-cepat Karin membawa
kantong putih dan mengikatnya di belakang motornya.
***
“Om,
om memang manager The UPBeat, dan om yang ngatur jadwal manggung UPBeat, tapi
om lupa satu hal, yang ngejalaninnya siapa? Kami om, cuma kami, dan om nggak.
Om, selain manggung kita semua juga punya urusan lain om, om harusnya ngasih
kita waktu luang bukannya malah manfaatin kepopuleran kita untuk nyari
sebanyak-banyaknya uang. Om terima kasih udah mau ngurusin kita semua, tapi
kalau Om terus maksain kita semua kayak gini, kita semua terutama saya dengan
senang hati ngelepasin keartisan kita..”
Ujar Ken pada manager UPBeat, Om Gito. Om gito menarik nafas panjang.
Ken segera keluar dari ruangan latihan mereka itu.
“Ken, tunggu semuanya bisa
diomongin secara baik-baik..” seru Om Gito.
Sampai diparkiran Ken mengambil
motornya. Dia menuju kerumah Karin. Mama Karin menyambut Ken dengan senang.
“Duh Ken, sejak jadi artis ini kali
pertama lo kamu kesini. Ah kebetulan sekali, tante tu sebenarnya ngefans sama
Ken, kita foto bareng ya..” Mama Karin segera mengambil handphonenya dan
memasang gaya bersama Ken. Ken terpaksa menuruti keinginan Mama Karin.
“Oh, iya Ken duduk dulu dong, mau
minum apa? Sebentar ya tante ambilin air minum..” Ken segera duduk di sofa.
Beberapa menit kemudian, mama Karin kembali dan membawa segelas juice orange.
“Diminum Ken, oh iya kenapa kamu
sama Karin nggak pernah jalan bareng lagi. Apa kalian putus? Karin sempat
cerita sih, katanya dia pengen Ken tetap kayak dulu. Ah itu kan seminggu yang
lalu. Karin kayak nya kangen banget sama nak Ken. Emangnya di sekolah nggak
pernah ketemu ya?Nggak sekelas ya? tapi setidaknya kan salah satu dari kalian
ada yang mencari..”
Ken terdiam mendengar ocehan mama
Karin. Dia memang sudah lama sekali tidak bertemu Karin. Tapi 3 hari yang lalu
ketemu kok, yang waktu di mall itu.
“Ehm.. Tante Karinnya ada?”
“Oh nyari Karin ya? kirain sengaja
nyari tante, Karin?” Mama Karin mencoba mengingat-ingat.
“Oh iya Karin tadi ke pasar sayur,
tante suruh beli sayur d pasar tradisional, abisnya kalau di mall katanya
banyak bahan pengawetnya, jadi tante suruh belanja dipasar deh, ya meskipun
becek sedikit. Ah nggak papa lah Karin kan suka kotor-kotoran, kalau tante sih,
ogah..” Kata mama Karin panjang lebar.
Mendengar itu, Ken langsung melompati sofa dan segera meninggalkan Mama Karin.
“Tante pergi dulu..” teriaknya
setelah agak jauh. Mama Karin melihat Ken aneh seperti dirinya saat ketakutan
kalau ketemu kecoak.
***
Ken
sampai di pasar yang ramai dan sempit.
Ken berfikir bagaimana caranya dia menemukan Karin tanpa harus
berdesak-desakkan dan diketahui orang. Untung dia pakai helm. Ken mengambil
handphonenya dan mencoba menelpon Karin. Dan langsung diangkat. Tapi Ken tidak
mendengar suara Karin. Hanya suara berisik dan kasak kusuk.
“Halo?” terdengar suara Karin
menyahutinya dari telpon.
“Rin, kamu dimana? Aku di depan
pasar nih..”
“APA? NGGAK KEDENGERAN.. aduhh
tuut..tuuut.tuut..” Telponnya mati.
***
“Cabe nya berapa sekilo bu? “
“20 ribu neng,”
“Ah mahal amat 10 ribu yah..”
“Iya deh beli berapa neng?”
“2 ons..” sang penjual langsung manyun, nawar
mati-matian beli Cuma 2 ons. Aku cekikikan dalam hati.
“Beli wortelnya sekilo, bayam 2 ikat, tempe 5 bungkus,
toge 3 ons, brokoli satu, kacang panjang 3 ikat, seledri 5 batang, daun bawang
2 ikat, mentimun 1 kilo, parenya 1 kilo, semuanya harus dipasin 30.00 ya bu..”
kataku lagi.
“Mana bisa neng semuanya ini 46.000.”
“Mahal amat? Tapi ya iya deh..” aku terpaksa
mengeluarkan dompetku untuk mengambil uang. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku
pelan. ah biasanya tukang minta-minta nih.
“Maaf nggak ada uang kecil..” ujarku sambil terus
menghitung uang untuk membayar belanjaan. Tapi orang itu terus menepuk
pundakku. Dengan kesal aku berbalik menghadap orang itu.
“Saya udah bilang nggak ada uang kecil.. hah?
Ken?”
Ken memakai helm, dan menatapku sambil tersenyum.
Aku mengambil belanjaan ku dan segera membayarnya. Penjual sayur memandangi Ken
lama. Ken menawarkan untuk membawakan belanjaanku. Tentu saja kuiyakan.
“Kamu Keenand UPBeat ya?” seru ibu-ibu penjual
sayur. dan sialnya semua orang di sayur itu mendengar seruan ibu penjual sayur.
cepat-cepat Ken menutup kaca helm nya dan segera menarik tanganku. Berlari
meninggalkan tempat itu secepat mungkin.
Orang-orang terlanjur mengetahui keberadaan Ken dan mereka berlari mengejar
Kami. Aku dan Ken berbelok kearah sebuah lorong untuk mengecohkan mereka yang
mengejar mereka.
“INI DIA MALINGNYA!!!” seru seorang bapak-bapak yang
tidak jauh dari kami tangannya memegangi seorang cowok sebaya Kami. Orang yang mengejar kami mendengar dan
berlarian kesitu. Mereka mengelilingi orang yang diteriaki maling tadi.
“Jadi, bukan kita yang di kejar?” tanya Ken padaku.
Aku mengangkat bahu tanda tak tahu. Tapi kemudian kami tertawa serempak, karena
sadar ternyata kami terlampau GR.
“Masa’ kata Bu Lisa yang jual sayur itu, dia liat
Keenand UPBeat disini, haha mana mungkin dong artis mau ke pasar kotor kayak
gini ya nggak?” kata seorang ibu-ibu berkacamata pada temannya yang berjalan
disampingnya. Temannya cuma mengangguk-angguk . Sst, mereka pasti menyesal
kalau tau Keenand UPBeat ada di sebelah mereka barusan.
***
“Ken..Hubungan
kita nggak ada artinya dibanding kerja keras kalian selama ini. Kamu udah dapat
apa yang kamu pengen, kenapa harus di lepasin lagi? Dan itu karena aku. Ken
jangan khawatir sama aku, aku oke-oke aja kok kalau kita putus..”
“Tapi
rin.. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu..” kata Ken lebay.
“Nggak
usah alay deh..” aku mencubit pipi Ken. Ken meringis kesakitan.
“Oke, Kalau aku nggak mau putus dari kamu gimana?”
tanya Ken. Aku garuk-garuk kepala.
“Ya udah, kalo nggak mau putus gigit aja permen
karet..” seru ku jahil. Ken manyun.
“Aku akan tetap jadi pacar kamu walaupun kamu udah
mutusin aku, lagian aku udah bilang kok ke manager aku supaya dia nggak madetin
jadwal UpBeat, jadi kita punya waktu buat jalan bareng deh. Terus aku akan
jemput kamu setiap UPBeat manggung, dan pas UPBeat latihan. Jadinya, aku capek,
kamu juga capek deh. Oke! Aku sayang Karin..” Ken memelukku eraaaat sekali. Aku
mendorong tubuh Ken supaya melepaskan pelukannya. Ken melihatku bingung.
“Kamu nggak sayang aku lagi ya? kenapa aku meluk
kamu lepasin..”
“Maaf sayang, tapi kayaknya kita harus lari deh..”
kataku sambil menunjuk sesuatu dibelakang Ken. seperti ada lomba lari mereka
mendekati kami berdua sambil meneriaki nama Ken.
“Kabuuuuuurrr.. aaaaa.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar